Apa Yang Kamu Banggakan ?...



Suatu hari saya bertemu dengan salah satu pembimbing skripsi, saya sodorkan hasil penelitian yang saya lakukan pada sebuah sekolah, beliau buka satu-persatu halaman skripsi dan beliau berhenti pada salah-satu halaman, beliau lihat sebuah data pendidik yang tertera pada tabel tersebut,
......" Ini tidak bisa jadi pendidik, ilmu kependidikannya tidak ada" ucap pembimbing.
Saya hanya terdiam saja dan itulah yang saya dapati di lapangan sebagai data obyektif.

Menjadi pendidik bukan hanya sekedar mentransfer ilmu semata, tetapi lebih dari itu. Melatih, mendidik, membimbing, mengarahkan, menginspirasi dan masih banyak ilmu yang harus dimiliki serta terus mengupdate sesuatu yang terbaru dalam dunia pendidikan. Pendidikan bukan hanya berorientasi bagaimana peserta didik menguasai ilmu tetapi lebih dari itu, yaitu membentuk siswa berkarakter sehingga mempunyai kepribadian yang sempurna.

Waktu masih duduk di bangku Aliyah, saya sudah mengajar di rumah, ketika mengajar adik saya suka emosi dan tidak sabar, saya pikir saya saja bisa kenapa adik saya sulit sekali untuk paham. Mungkin pernah kita tahu atau kita sendiri yang mengalami dalam mengajar anak-anak kita. Kita terkadang emosi dan kita berharap anak kita seperti kita padahal tingkat kemampuan orang tua beda dengan tingkat kemampuan anak.

Kepintaran sesuatu yang tidak bisa diturunkan Atau diwariskan, saya teringat perkataan guru waktu sekolah di madrasah ibtidaiyah, kebetulan diantara siswanya adalah adiknya.
*****" Andaikan ilmu itu bisa saya turunkan atau wariskan, saya kasih langsung kepada adik saya" ucap guru saya*****

Terkadang orang tua ingin anak serba bisa, anak dikursuskan berbagai macam keahlian tanpa memperdulikan masa kekanakan, apa yang terjadi ?...anak bukannya pinter, tetapi stres yang anak dapati. Itulah resiko jika disebuah sekolah yang mengajar bukan orang yang ahlinya. Ada sebuah firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an ******" Jika sebuah urusan diserahi pada yang bukan ahlinya, tunggulah kehancuran"***** kurang lebih seperti itu. Mungkin itu yang dimaksud oleh pembimbing skripsi saya.

kita sama-sama tahu Finlandia adalah salah satu negara yang mempunyai sistem pendidikan terbaik di dunia, kenapa?.... tentunya banyak yang melatarbelakanginya, diantaranya sangat memperhatikan sumber daya manusianya, yaitu pendidik. Untuk menjadi pendidik di Finlandia harus memenuhi syarat diantaranya pendidik harus cerdas dan mempunyai reputasi terbaik dalam bidang Akademik, penghasilan yang diperolehpun besar dan hampir setara dengan dokter. Kenapa harus seketat itu? ...Tentunya untuk menghindari Jangan sampai terjadi Malapraktik di dunia pendidikan. Mungkin kalau dokter melakukan Malapraktik yang menjadi korban bisa dihitung dengan jari, tetapi jika guru melakukan Malapraktik yang menjadi korban bukan satu Atawa dua, melainkan ribuan yang menjadi korban.

Suatu hari ada seorang guru mengisi sebuah kelas, kebetulan guru kelasnya berhalangan hadir, pada saat mata pelajaran Al-Qur'an anak dipersilahkan untuk membaca satu persatu.
" Coba buka buku iqranya halaman yang kemarin, coba kamu baca" perintah guru. Sungguh kaget guru itu mendapati siswa yang membaca huruf beda tetapi membacanya sama semua bunyinya. Rasa penasaran mencoba menunjuk siswa yang lain untuk membacanya, ternyata siswa yang kedua tersebut sama, mencoba untuk semua membaca, " cukup anak-anakku, hmm... ini bukan siswa-siswi yang salah, tetapi pendidiknya yang salah" ucap guru. Ini hanya segelintir kisah sederhana dan masih banyak kisah-kisah yang lebih menyedihkan di dunia pendidikan kita.

Jangan kita berharap banyak, jika pendidikan masih jauh dari sumber daya manusia unggul. Dahulu sekitar tahun 1950-1970 Indonesia adalah macannya ASIA terutama dalam dunia pendidikan, banyak negara-negara Jiran yang mengirim duta-dutanya untuk belajar ke Indonesia.tetapi setelah itu apa yang terjadi ?....kini pendidikan di Indonesia jauh tertinggal dengan mereka. Tentunya banyak penyebabnya, diantaranya yang menjadi ujung tombak pendidikan, siapa ?.... pendidik/ guru.

Menjadi pendidik seharusnya yang mempunyai prestasi dan karya yang dihasilkan, sehingga prestasi dan hasil karyanya menjadi suatu kebanggaan serta inspirasi yang mampu menggerakkan bukan saja kepada siswa, tetapi juga kepada rekan-rekan guru yang lainnya.
Perlukah Multitalenta ?

3-3-20


Sahabat,....sering saya perhatikan keluhan-keluhan dan kegalauan yang dirasakan para sahabat guru dimedsos khususnya sahabat guru honorer, baik di sekolah negeri apalagi di sekolah swasta, mungkin apa yang sahabat rasakan pernah saya rasakan juga. Maaf seribu maaf bukan saya mempermasalahkan, tetapi sekedar berbagi mudah-mudahan ada manfaatnya.

Saya pernah menjadi guru honorer baik di sekolah swasta maupun dinegeri, bahkan pernah dalam satu pekan mengajar tiga sekolah yang berbeda tingkatannya. Berangkat pagi pulang malam, lelah memang rasa badan ini, ya...saya nikmatin saja. Bagi saya yang penting keluarga saya masih bisa makan.

Saya perhatikan rezeki ada sajah bahkan dari tahun ke tahun rezeki itu bukan turun malah tambah meningkat. Karena disamping mengajar saya juga suka ngisi ceramah, Khotib Jum'at, suka ngisi acara hajatan di masyarakat, ngisi acara Ramadhan, tukang jagal hewan qurban, ngisi motivasi disekolah dan pernah jualan makanan dan bahkan pernah jual sepatu begitu juga rumah tempat tinggal saya, istri dan anak -anak saya yang bangun sendiri selama dua tahun.

" Pak Harto, bapak yang mengerjakan rumah ini " ucap sahabat adik sambil keheranan.
" Iya, kakak saya multi talenta, apa saja bisa" timpal adik.
Saya hanya tersenyum saja, Hidup berjalan bagai air mengalir tinggal bagaimana kita pandai-pandai meningkatkan kualitas. Jika kualitas kita tinggi orang lain juga menghargai dan memposisikan kita ke level tertinggi bahkan bisa lebih dari itu.

Rezeki tidak turun dengan sendirinya harus dijemput, teringat oleh salah seorang Nara sumber, saya memanggilnya kang Deden, beliau seorang motivator, guru, pedagang, dan bahkan mempunyai sebuah yayasan pendidikan dan beliau bukan pegawai negeri (ASN). mungkin sahabat kenal dengan beliau. Ketika disela-sela waktu kosong dia manfaatkan untuk jualan.
" Pak, kenapa berjualan memang tidak cukup" tanya tetangganya penuh keheranan.
" Hmmmm... saya sedang menjemput rezeki Allah dari pintu yang satu" timpal kang Deden sambil tersenyum.

Ya, begitulah kang Deden selalu mencari peluang dan jika ada kesempatan beliau langsung ambil. Saya jadi ingat waktu mengaji sama pak KH, Zaenun di Sukapura Jakarta Utara, beliau pernah bilang kepada saya " jika ada kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri, ambil jangan disia-siakan" ucap pak yai.

Saya juga lihat beberapa sahabat guru, dosen mereka bukan pegawai negeri, tetapi kehidupannya melebihi pagawai negeri, mereka sukses tetapi tidak meninggalkan tugasnya selaku guru dan bahkan mereka tidak tergantung dari pendapatan guru. Bahkan pendapatan diluar guru lebih besar, karena mereka mampu memantaskan diri menjadi orang berkualitas.

"Jika seseorang melihat citra dirinya rendah, ia akan merasa harga dirinya rendah, otomatis rasa percaya dirinya akan rendah. Rasa percaya dirinya yang rendah akan menarget pencapaian yang rendah-rendah saja, akibatnya motivasinya akan rendah. Motivasi yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah pula, akibat terakhirnya penghargaan atau apresiasi orang lain terhadapnya akan rendah, demikian seterusnya seperti lingkaran setan." ( Amir Faisal, Zulfanah).

Berharap-harap jadi pegawai negeri semua sahabat guru itu pasti, tetapi ingat pintu rezeki tidak sebatas jadi pegawai. Banyak sahabat guru diluar sana juga sukses memecahkan permasalahan-permasalahan hidupnya. Jangan berharap akan bertambah pundi-pundi emas menghampiri, jika kita melakukan hal-hal sama tanpa peningkatan. Rezeki laksana air dilautan, tergantung wadah apa yang kita bawa. Semakin banyak wadah kita bahwa itulah rezeki kita. Oleh karena itu jadilah guru multitalenta.


Mana Syukurmu....





Suatu hari, Madrasah tempat saya mengajar mengadakan pelatihan untuk para guru.Seorang Nara sumber disela-sela memberikan materi, dia ingin mengetahui tentang kondisi para guru.
" Maaf, bapak dan ibu guru coba tunjuk tangan saya ingin mengetahui siapa yang benar- benar sejak awal berniat menjadi guru" ucap Nara sumber sebagai rasa ingin tahunya.
Menunjuklah beberapa guru termasuk saya. Dari sekian banyak guru tidak ada separuhnya yang menunjuk, artinya yang lain terpaksa.

Sejak kelas persiapan saya sudah tertarik menjadi guru, tentunya ada yang melatarbelakanginya. Waktu itu saya menonton acara pentas seni di madrasah pertama saya menuntut ilmu, yaitu madrasah ibtidaiyah al-wathoniyah Cakung. Ada pagelaran team qasidah dengan dua solis, kurang lebih liriknya seperti ini.
🎶 " Apakah adik cita-citamu setelah engkau
tamat sekolah"...
🎶 "Cita-citaku baik sekali, ingin menjadi guru
Agama"
Apapun yang terjadi karena pilihan hidup ya, harus dijalani sebagai rasa tanggung jawab moral dalam mendidik putra-putri terbaik bangsa. Begitu juga sebagai implementasi rasa syukur kita terhadap apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab menjadi seorang guru.

Apalagi selaku aparatur negara yang semua haknya ditanggung pemerintah, maka sungguh tidak bijak jika menyalahi tanggungjawab sebagai seorang guru. Sudah disumpah, membuat pakta integritas, tetapi pada realitanya jauh panggang dari api. Masih ada diantara sahabat guru yang hilang pada jam-jam efektif dan muncul disaat jam pulang, bahkan yang lebih parah lagi suka tidak jujur. Absen hadir orangnya tidak ada. 'Maka nikmat Tuhan manalagi yang kamu dustakan".... firman Allah surat Ar Rahman.

Ingat !...mungkin kita lepas dari pengawasan manusia, tetapi Tuhan tidak pernah tidur. Ingat!... setiap apa yang kita perbuat akan diminta pertanggungjawabannya di pengadilan yang maha adil.
Ingat!... setiap yang kita peroleh dengan kebohongan akan berdampak pada kita dan keluarga.
Ingat firman Allah SWT;
"... Sungguh jika kalian bersyukur, maka akan Kutambah nikmat-nimatku, tetapi jika kalian ingkar akan nikmat-nikmatku.Sesungguhnya azabKu lebih pedih..." .
Oleh karena itu, mari kita bekerja penuh tanggung jawab, profesional, sesuai prosedur, dan pandai-pandailah bersyukur karena janji Allah pasti.
Temukan kuncinya...
MTsN 5 Jakarta
5-3-20




Pada waktu duduk di madrasah Aliyah negeri 1 filial Cilincing ( MAN ) saya mengikuti upacara bendera, saya menyimak pidato pembina upacara, beliau bercerita;
" Dahulu ada santri yang tidak pernah naik tingkat Atau naik kelas, teman-temannya sudah pada jadi ustadz, beliau masih saja diam di tempat. Beliau di juluki siAlifba. Kenapa...? Karena beliau kalau diajarkan suka lupa, setelah diajari Ba ditanya Alif lupa, kalau ditanya Alif lalu Ba lupa dan begitu seterusnya.

Sebagai manusia tentu ada perasaan malu karena sudah lama menuntut ilmu tidak bisa-bisa. Wajar itu manusiawi. Setelah beliau pikir-pikir beliau memutuskan untuk berhenti dan keluar dari pondok pesantren. Beliau menghadap gurunya,
" Pak kyai, saya mau pamit sepertinya saya tidak mampu belajar lagi, mohon maaf pak kyai" ucap siAlifba sambil merunduk malu.
" Ngga usah keluar InshaAllah nanti juga bisa, sabar...." Jawab kyai.
" Tidak kyai, saya malu, saya mau pulang" ucap siAlifba sambil menangis sedih.
" Ya sudah, silahkan....., Tetapi jika kamu mau kesini lagi pondok ini terbuka untukmu" timpal Kyai.

Pak kyai tidak bisa menghalangi dan dia paham kondisi muridnya. Akhirnya siAlifba pulang dengan membawa barang-barangnya. Jaman dahulu tidak ada jalan raya yang ada hanya jalan setapak dan terkadang juga melewati hutan. Ketika beliau sudah ditengah perjalanan turun hujan sangat lebat, beliau melihat ada sebuah gubuk kemudian beliau berteduh sampai hujan berhenti.

Sambil menunggu hujan berhenti, mata beliau tertuju kepada sebuah bongkahan batu besar yang berlubang terketes air terus-menerus dari atap gubuk. Dia tertarik dan berpikir sambil memegang kepalanya, kemudian bertanya dalam hati.

" Aneh,.....batu sekeras itu bisa berlubang hanya tertimpa dengan air yang lunak, bingung aku.... kenapa ya?..... Ucap beliau sambil terus melihat batu.
" Nah....nah.....nah.....ini dia kuncinya, aku paham...aku paham. Air memang sifatnya lunak, tetapi kalau terus-menerus minimpa sekeras apapun benda itu akan terkikis, Ya ya ya......begitu juga dengan belajar kalau terus- menerus, Dawam, kontinyu pasti bisa. Aku nggak jadi pulang, aku harus kembali apa lagi pak kyai membuka lebar-lebar pondoknya untuk aku kembali menuntut ilmu." Ucap siAlifba.

Akhirnya siAlifba kembali dan belajar tanpa kenal waktu, selalu mengulang-ulang atau muroja'ah. Usaha keras membuahkan hasil yang cemerlang, beliau mengalahkan yang lain dan menjadi ulama besar yang banyak menghasilkan karya tulis, siapa beliau ?.....beliau adalah***** IBNU HAJAR ASQOLANI***** IBNU = anak, HAJAR = batu , ASQOLANI = nama sebuah tempat."

Waktu saya duduk di bangku MTs Nurul Huda Cakung Jakarta Timur, saya telah menemukan strategi belajar, saya uji coba dan akhirnya strategi itu bisa menghantarkan saya menjadi Mahasiswa Undangan ( PMDK) di IAIN Jakarta . Sederhana sekali strategi itu: buat ringkasan, baca berulang-ulang ( hapal ), buat soal sebanyak yang bisa ditanya kemudian baca soalnya lalu jawab, jika terjawab semuanya berarti sudah menguasai materi. Strategi inipun saya coba, Alhamdulillah, berhasil....

Melihat dan berdasarkan pengalaman, saya melihat bahwa untuk sukses harus mengetahui kuncinya. Sebagus apapun materi yang kita sampaikan atau sistem yang kita bangun di sekolah kalau kita tidak paham kondisi siswa kemudian kita tidak bangun kesadaran siswa untuk semangat dan kemandirian belajar sulit rasanya untuk meningkatkan prestasi.

Untuk sekolah,guru dan siswa sebagaimana Mendikbud Pak Nadiem Anwar Makarim programkan, yaitu merdeka belajar. Diantara isi yang saya tangkap merdeka belajar adalah bagaimana sekolah,guru dan siswa mampu menciptakan inovasi, kemandirian belajar dan kreatif sehingga proses belajar lebih hidup, tentunya ketiga komponen tersebut saling bersinergi.

Tidak semua orang tahu akan dirinya, oleh karena itu tugas guru yang membangkitkan potensi yang ada pada murid-muridnya.sehingga murid menemukan potensi yang terpendam yang pada akhirnya menemukan kemandirian dalam belajar.
Jika kita mau masuk kerumah yang pertama kali kita cari yaitu kunci, dari kunci inilah terbuka rumah sehingga dengan mudah kita memasukinya. Begitu juga dengan belajar.....


Kesadaran Diri

MTsN 5 Jakarta
8-3-20




Ketika sedang menyusun tesis saya sering bersilaturahmi ke perpustakaan, keberbagai toko buku, sampai seharian melihat dan membaca sinopsis-sinopsis buku. Saya lebih senang ke toko buku dari pada pasar swalayan.
Andai ke pasar swalayan kadang suka mampir ke toko buku sekedar melihat-lihat buku baru.

Suatu hari di sebuah toko mata saya tertuju kepada deretan tafsir tematik berbahasa Indonesia yang ditulis oleh para pakar. Rasa ingin tahu menggerakkan tangan untuk membuka tafsir tersebut. Saya melihat ada tulisan yang membuat saya tertarik, karena tulisan itu sesuatu yang sedang berlangsung di bumi kita ini. Keterpurukan pendidikan. Ada kalimat yang masih saya ingat, yaitu sebab-sebab keterpurukan dunia pendidikan diantaranya ; terlalu ikut campurnya pemerintah ( unsur politik ), terlalu mudahnya perguruan tinggi meluluskan mahasiswa, rendahnya kualitas guru, adanya kesenjangan antar pendidikan di kota dan dipedesaan dan lain-lainnya.

Suatu kesempatan saya mewakili sekolah untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh salah satu unit instansi pemerintah yang membahas peranan pendidikan keagamaan. Dalam acara tersebut ada acara tanya Jawab, ada salah satu wartawan yang menyoroti sebab-sebab rendahnya kualitas pendidikan diantaranya rendahnya kualitas guru, terlalu mudahnya dalam penilaian kinerja guru alias tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya.

Seorang guru pernah dipanggil kepala sekolah karena guru itu protes tentang penilaian kinerja guru ( DP 3) kalau sekarang surat kinerja pegawai ( SKP ). Kenapa guru yang jelas-jelas indispliner nilainya lebih besar dari guru yang bekerja dari pagi sampai sore dan kalau pulang tidak pernah lihat matahari terbenam demi sekolah.
" Kenapa pak protes tentang penilaian?" ucap Kepala.
" Penilaian itu pertahun kerja, bukan senior yunior. Artinya kinerja selama satu tahun yang dinilai bukan guru lama atau guru baru" jawab guru.
" Jadi bapak maunya berapa ?"ucap Kepala lagi.

Bukan masalah berapa, tetapi penilaian semacam ini akan merusak moral guru berakibat semaunya guru mengajar. Wajar kalau ada teman guru berkata.
" Rajin dengan tidak rajin tidak ada bedanya. Gaji, sertifikasi dan tunjangan sama".
Kalau pernyataan ini tertanam pada setiap pegawai, apa jadinya pendidikan kita ini.

Kesejahteraan guru bukan barometer berkualitasnya Pendidikan, realitanya gaji dapat, sertifikasi dapat, kesra dapat tetap saja belum mampu mendongkrak kualitas pendidikan. Menurut hemat saya pendidikan akan berkualitas jika civitas academica mempunyai kecerdasan eksistensial. Suatu kecerdasan tingkat tinggi manusia tentang kesadaran diri ( self awareness) terhadap fungsi dan tugasnya masing-masing.

Kecerdasan untuk bertanya tentang konsep diri, siapa saya, mau apa saya, mau kemana saya, apa yang saya harus lakukan sebagai seorang kepala, guru, siswa dan karyawan. insyaAllah jika kecerdasan ini ada pada diri kita. Setidaknya kita tahu apa yang seharusnya kita lakukan. Jika seseorang tahu akan dirinya, dia akan tahu tujuan hidupnya, bahkan dia akan tahu tentang Tuhannya.
Usaha Menentukan Hasil
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
28-3-20



Masa stay at home diperpanjang, begitu juga lock down tentunya berimbas kepada seluruh sektor. Senang atau tidak senang demi menyelamatkan diri dan orang banyak dan memutus mata rantai penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Selama lock down dan stay at home beraktivitas tetap harus jalan, siswa-siswi tetap harus belajar dalam pengawasan orang tua dan guru, tentunya guru tidak perlu ke rumah karena harus menjaga jarak " sosial distancing", apalagi dihari keempat belas dimana gejala virus Corona akan menampakkan diri, jika mereka yang terkena virus akan terlihat, oleh karena itu dihari tersebut lebih menjaga jarak, jika tidak virus itu akan menyebar seperti yang terjadi di negara Italia.
Teaching at home and learning at home terus harus berjalan agar tidak menggangu proses pembelajaran dalam pendidikan siswa sekalipun tidak sempurna. Pembelajaran lewat online sebagai metode alternatif yang harus diterapkan. Guru diberikan kebebasan memilih sistem apa yang dipakai untuk tersampaikannya materi pembelajaran.
Tentunya ada kelebihan dan kekurangan dalam sistem online. Kelebihannya guru dan murid dengan mudahnya mengakses materi pembelajaran. Kekurangannya tidak semua siswa mempunyai handphone dan komputer, tidak ada sinyal, tidak ada pulsa , error dan lainnya.
" Assalamualaikum, anak-anakku silahkan anda install akun ......di handphone dan laptop" ucap guru.
" Iya, pak guru" jawab mereka.
" Pak, tidak bisa.....udah berkali-kali" ucap salah satu siswa.
" Oh,...dilem biru... lempar yang lama ganti yang baru" ucap guru sambil canda.
" Bapak....bisa ajah" jawab salah satu siswa.
" Ya sudah yang tidak bisa lewat blog bapak saja" ucap guru sebagai alternatif.
" Ok,....kalau semua siap kita mulai" ucap guru.
" Siaaaaap pak,....." Jawab mereka.
" Bismillah,....kita mulai" ucap guru.

Pembelajaran online telah mulai antara guru dengan murid, guru cukup melihat dari layar laptop aktivitas siswa yang sedang belajar. Terlihat saling kejar- mengejar untuk memposisikan diri keperingkat teratas, agar suasana terkesan mengasikkan pembelajaran, guru memasukkan unsur musik hingga suasana kompetisi menjadi mengasikkan.
...tang...ting...tung.... Nada berbunyi setiap siswa menjawab soal.

" Ayu,...terus kejar yang lain, jangan kalah dengan temanmu". Ucap guru memberi semangat.
" Iya pak, ......." Jawab mereka.
" Hore....mantap betul jawabanku" ucap seorang siswa.
" Aduuuuuuuuh, salah.....oh my Good"ucap yang lain.
" Alhamdulillah,..... mantap...." Ucap lainnya lagi
" Pak, error.... gimana nih?.... Toloooooooong" ucap salah satu siswa.
" Coba diulang lagi, InshaAllah bisa" jawab guru untuk memotivasi siswa.
" Hai,... teman-teman gue deg-degan jantung gue seperti mau copot" ucap siswa
" Iya, sama....gue juga gitu" jawab siswa yang lain.
" Biasa kalau pertama kali berjumpa seperti itu, nanti kalau terbiasa juga menyenangkan" ucap guru.

Waktu yang ditentukan telah selesai, guru menyudahi pembelajaran, selanjutnya guru membuka pembejaran untuk kelas yang lain.
" Pak, gimana nasib saya, tadi loading " ucap siswa sambil merengek.
" Ok, ...kamu ikut kelas berikutnya dengan kode berbeda" jawab guru"
" Makasih pak" balas siswa.

Pembelajaran hari ini telah selesai, guru dan siswa sudah mengetahui hasilnya, tentunya hasil yang mereka peroleh ditentukan oleh dirinya sendiri....Hasil ditentukan oleh seberapa besar usaha yang dilakukan....., Guru sama, materi penyampaian sama, bahkan kisi-kisi dikasih, tetapi kenapa hasilnya beda?..... Tentu nya kembali kepada manusianya. Kemauan untuk belajar kita masih rendah, atau sistem yang digunakan salah, contoh praktek KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal) yang menyesatkan, terlalu mudahnya sekolah menaikkan dan meluluskan siswa. Ya, mungkin inilah diantara PR dunia pendidikan kita.


Hidup Hanya Satu Pilihan...
Suharto, M.Pd
MTsN 5 Jakarta
11-3-20

Semakin kita tahu banyak terkadang kita diajak untuk berpikir memecahkan permasalahan yang kita hadapi dengan Arif dan bijaksana. Permasalahan itu pasti ada, karena hidup itu sendiri masalah.
Tuhan menciptakan makhluk saling berpasangan; ada siang ada malam, ada gelap ada terang , ada miskin ada kaya, ada pria ada wanita, ada perbuatan jahat ada perbuatan baik, dan masih banyak contoh lainnya.
Kita sering mendengar, hidup ini adalah pilihan mau pinter atau mau bodoh, mau sukses atau biasa-biasa saja, semua tergantung kita masing-masing. Kalau mau pinter belajar, kalau mau bodoh tidak usah belajar.
Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, mungkin yang melatarbelakangi pernyataan orang tentang hidup ini ada dua pilihan. Mungkin menurut saya sah-sah saja.
Sementara yang lain mengatakan hidup ini hanya satu pilihan bukan dua pilihan. Kalau sudah begini bingungkan ?.... Kata buku yang satu begini sementara buku yang kedua begitu.
Pernah saya baca dua buku yang sama-sama membahas tentang berpikir. Buku yang satu membahas tentang pentingnya positif thinking ( berpikir positif ), sementara yang satu membahas tentang pentingnya negatif thinking ( berpikir negatif).
Sementara ini kita sering membahas pentingnya berpikir positif kepada murid, teman dan jama'ah dan melupakan betapa pentingnya berpikir negatif. Betulkan?........
Betapa banyak korban berjatuhan bahkan terkadang sampai nyawa melayang, kenapa hal ini terjadi?.....pasti sebagian jawabannya " ah itu mah udah takdir dia". Mari kita lihat contoh ini.
Ada dua orang yang berpikiran berbeda akan melewati sebuah jalan, kedua orang tersebut sudah tahu kondisi jalan sering terjadi penodongan atau pembegalan. Orang pertama berkata " hidup itu sudah takdir Allah, tenang saja". Ketika sampai dipertengahan jalan yang sepi dia langsung dihadang dan dibegal. Lenyaplah apa yang ada padanya. Sementara orang kedua berkata" kalau saya lewat jalan ini pasti saya berhadapan dengan para penjahat, dari pada aku mati sia-sia, lebih baik aku tidak jadi atau lewat jalan yang lain". Orang kedua terbebas dari penjahat. Inilah yang dimaksud negatif thinking.
Mungkin sahabat-sahabat pernah punya pengalaman naik kereta lalu turun di stasiun dalam kondisi sepi sementara waktu sudah larut malam, di pojok kiri ada dua orang bertampang seram dan di pojok kanan ada petugas jaga. Saya yakin dalam hati anda bergejolak, apalagi kedua orang itu berjalan menghampiri anda, saya pastikan jantung anda berdetak tak beraturan, pada saat itu pula anda pindah menghampiri petugas untuk cari aman.
Kembali kepada hidup itu hanya satu pilihan, kenapa ?.....karena Tuhan sendiri yang menghendaki satu pilihan. Coba perhatikan Tuhan tidak memerintahkan manusia itu miskin, yang Tuhan perintahkan memberi bukan meminta, jadi Tuhan hanya menghendaki satu pilihan kepada manusia, yaitu Kaya, maka Tuhan mempunyai banyak pintu-pintu keluarnya rezeki, diantaranya lewat usaha, pernikahan, sedekah, Istighfar, ketaqwaan, dan lainnya.
Firman Tuhan," Siapa orang yang bertaqwa niscaya Allah berikan jalan keluar ( semua urusan) dan memberikan rezeki tanpa kerja yang melelahkan".
Tuhan juga menghendaki semua manusia masuk surganya, maka Tuhan selalu membuka lebar-lebar pintu-pintu surga, jika manusia melanggar aturan syariatnya Tuhan membuka luas-luas pintu pengampunan. Sebagaimana firman Tuhan;
***** Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang*****
Jadi Tuhan pada hakikatnya menghendaki manusia hidup hanya satu pilihan, yaitu kaya, sukses, pintar, sehat dan terakhir masuk surga.
Butuh Kerjasama...
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
13-3-20


Akhir-akhir ini kita saksikan banyak kasus dalam dunia pendidikan di negeri ini, hampir setiap hari kita dengar, lihat berita baik lewat medsos atau televisi. Terjadi bullying baik antar siswa, guru dan siswa, siswa dan guru, orang tua dan guru. Ya, memang miris sekali hal ini terjadi.
Belum lagi kemerosotan moral baik siswa maupun guru. Jika terjadi kasus dan viral, yang ada saling menyalahkan. Terkadang pihak sekolah yang selalu menjadi kambing hitam, terutama guru. Sementara orang tua terkadang terlalu memanjakan anak apalagi masyarakat lebih banyak menyalahkan.
Terkadang guru serba salah bagai makan buah simalakama, dimakan bapak mati tidak dimakan ibu mati. Tidak ada guru yang berkeinginan menjerumuskan siswa-siswinya. berbagai cara guru lakukan agar siswa-siswinya cerdas dan berkepribadian baik, andai ada kekerasan itupun sudah melalui proses yang panjang. Ya, memang dengan alasan apapun kekerasan tidak dibenarkan dalam dunia pendidikan dan sudah ada UU perlindungan anak. Oleh karena itu guru harus memahaminya. Sepengetahuan saya ketika mengikuti seminar dan workshop tentang kekerasan dalam dunia pendidikan. Yang termasuk kekerasan itu bukan saja memukul, menampar, mencubit bahkan membentakpun termasuk kedalamnya.
Begitupun orang tua berkeinginan yang sama, hanya saja terkadang sifat melindungi anaknya lebih besar sehingga yang lebih dominan otak reptilnya ( penyerang) dari otak cortexnya ( berpikir ). Padahal dia tahu anaknya salah tetap saja dia tidak terima. Bahkan sampai dengan egonya melaporkan keranah hukum dengan alasan buat pelajaran untuk yang lain.
Masyarakat dalam arti lingkungan tempat berdomisilinya siswa-siswi juga kurang kondusif atau perhatian terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, rasa kepedulian terhadap lingkungan kurang mendukung yang ada hidup cuek atau memikirkan diri sendiri, rasa individualis lebih tinggi dari rasa solidaritasnya. Hidup nafsi-nafsi sehingga kurang peduli.
Sebenarnya tanggung jawab pendidikan anak adalah ditangan orangtuanya, tetapi karena ketidakmampuannya orang tua menyerahkan kepada orang lain atau sekolah. Oleh karena itu agar tujuan bersama tercapai seharusnya orang tua harus duduk bersama dalam menentukan program-program pendidikan di sekolah tempat anak dididik, jangan lepas tangan. Sehingga jika ada masalah dengan anaknya disekolah orang tua sudah paham.
Ada perwakilan orang tua di sekolah, yaitu KO MITE. Tapi tugas komite lebih banyak berperan menjadi bemper, sebagai alat untuk memungut dana. Andaikan ada yang bagus bisa dihitung dengan jari.
" Pada hakekatnya tidak ada anak yang bermasalah, tetapi yang ada adalah guru dan orang tua yang bermasalah, karena tidak tahu cara memahami, mengempati dan menangani dinamika kehidupan anak. Padahal mereka semua pernah jadi anak-anak." Amir Faisal dalam pendidikan karakter 88 persen.
Menurut hemat saya, masyarakat harus dilibatkan dalam memantau lingkungan masing-masing. Tokoh masyarakat, ulama, aparat dan karang taruna, untuk mengkondisikan lingkungan beredukasi.
Pernah saya melihat sebuah perkampungan dimana masyarakatnya membuat peraturan diantaranya anak-anak seusia sekolah dilarang keluar rumah pada jam belajar malam.
Dalam hati saya berkata" Alhamdulillah, masyarakatnya peduli sekali dengan pendidikan, jika semua perkampungan seperti ini pasti pendidikan di Indonesia bisa bangkit kembali menjadi macannya ASIA".
Melihat permasalahan yang ada, maka perlu adanya kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Tanpa kerjasama sulit rasanya pendidikan dapat mencerdaskan dan membentuk siswa berkepribadian baik.
Mungkin kita bisa belajar dari semangat gotong royong orang-orang tua dahulu dalam memindahkan rumah yang cukup besar dan berat, tanpa kerjasama yang baik tidak mungkin rumah itu bisa diangkat dan dipindahkan dari tempat asalnya. Begitu juga dalam pendidikan, ketika orang tua sudah menyerahkan anak ke guru ngaji atau kesekolah, apapun yang terjadi dengan anaknya diserahkan sepenuhnya keguru atau sekolah, andaikan anak mengadu bukannya dibela malah dihukum kembali. Oleh karena itu guru sangat dihormati di masyarakat.



Start Pendidikan...
Suharto,M.Pd
MTSN 5 Jakarta
14-3-20


Bicara pendidikan tidak pernah habis-habisnya, karena pendidikan masalah yang unik, banyak elemen-elemen permasalahan yang harus dibahas didalamnya. Elemen-elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisah-pisahkan. Jika satu elemen tidak ada atau ada tetapi tidak maksimal tentu banyak sedekit akan mempengaruhi hasil pendidikan itu sendiri.
Diantara elemen pendidikan adalah Kapan sebenarnya pendidikan itu dimulai, tentu banyak pendapat, apakah sejak balita, dalam kandungan atau sejak memilih jodoh. Pendidikan sebenarnya dimulai sejak mencari pasangan, maka bagi suku Jawa terkenal dengan istilah bibit, bebet dan bobot.
Bobot adalah kualitas diri seseorang baik lahir maupun bathin, seperti keimanan, pendidikan , pekerjaan. Bibit adalah asal-usul seseorang dari mana asal keturunannya, keturunan orang baikkah atau tidak, karena tabiat biasanya menurun dari bibit tersebut. Bebet adalah kesiapan seseorang untuk memberikan nafkah, bebet lebih menitikberatkan pada aspek ekonomi.
Maka dari itu perlu sekali untuk melihat pasangan hidup sebelum terjadinya pernikahan, bagaimana kepribadiannya, keturunannya. Karena jika keturunan orang baik maka akan melahirkan keturunan yang baik pula, andaikan menyimpang tidak terlalu sulit meluruskannya, kenapa? karena asal dari keturunan orang baik, tabiatnya menurun dari leluhurnya.
Dalam sabda nabi Muhammad SAW, " ada empat sebab wanita dinikahkan: karena kecantikan, karena keturunan, karena harta jika tidak ada semua ambil yang keagamaan lebih kuat". Artinya yang menjadi titik tekan memilih pasangan yang baik adalah aqidah dan akhlak yg baik, jika ada semua itu lebih baik lagi. Kita tidak menafikan hal tersebut dan itu manusiawi.
Oleh karena itu menurut para pakar bahwa pendidikan diawali dari mencari pasangan.dari pasangan yang baik akan lahir keturunan yang baik pula. Maka dari itu para orang tua kita yang pertama kali mereka tanyakan ketika kita ingin mencari pasangan.
" Dari daerah mana?.... siapa ayahnya ?.... Keturunan orang baik bukan?..." Itulah yang sering ditanyakan orang tua kebanyakan.
Para lelaki dianjurkan mencari pasangan yang baik agar kelak dari istrinya lahir orang-orang baik pula, karena seorang istri ( ibu) adalah pendidik pertama terhadap anak-anaknya ( Al Ummu madrasatul uula). Di balik kesuksesan anak, ada ibu yang hebat.
Hikmah dibalik ujian
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
15-3-20







Setiap makhluk hidup akan berjumpa dengan ujian disadari atau tidak, diminta atau tidak, siap atau tidak siap, entah kapan datangnya manusia tidak ada yang mengetahui, jelasnya ujian itu pasti datang menyapa kita. Tidak ada yang bisa lari dari ujian Tuhan.
Untuk melihat berkualitas atau tidaknya seorang siswa terlihat setelah siswa tersebut mengikuti ujian. Begitu juga dengan ujian yang diberikan Tuhan kepada makhluk-nya, ujian tersebut untuk melihat sejauh mana keimanan seorang makhluk terhadap Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ حَتّٰى نَعْلَمَ الْمُجٰهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَالصّٰبِرِيْنَ ۙ وَنَبْلُوَاۡ اَخْبَارَكُمْ
"Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu."
(QS. Muhammad 47: Ayat 31)
Ujian bermacam-macam bentuknya, ada yang berupa kenikmatan dunia - tahta, harta, kecantikan- dan kepedihan dunia. Sejarah pernah memperlihatkan bagaimana kisah orang-orang terdahulu berhadapan dengan ujian Tuhan, ada yang berhasil ada juga yang tidak berhasil.
Kita pernah mendengar kisah Fir'aun yang hidup di zaman Nabi Musa AS, Ia seorang yang Tuhan berikan kenikmatan berupa tahta, jabatan sebagai seorang raja diraja. Tetapi apa yang terjadi bukannya Ia lebih dekat dengan Tuhan, justru mengaku dirinya menjadi tuhan. Kesombongan inilah yang pada akhirnya Tuhan tenggelamkan Ia dan pengikutnya dilautan luas dan jenazahnya tidak diterima air dan tanah agar menjadi sebuah pelajaran bagi umat setelahnya.
Begitu juga kisah yang terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW, yaitu sahabat Nabi yang bernama Tsa'labah, Ia adalah orang yang miskin harta tetapi rajin ibadah. Allah berikan kenikmatan dunia justru Ia menjauh dari Allah SWT.
Tsa'labah setiap hari selalu shalat berjamaah bersama Rasulullah Saw tetapi setelah shalat Ia langsung meninggalkan masjid tanpa dzikir atau berdoa.
" Wahai Tsa'labah, kenapa kamu terburu-buru tanpa dzikir lagi" ucap Rasulullah.
" Kebetulan Rasulullah tanya, tolong ya rasul doakan saya menjadi orang kaya, asal rasul tahu kenapa saya terburu-buru?... karena kalau saya ke sini istri saya kedinginan karena selimutnya saya pakai untuk shalat" jawab Tsa'labah.
" Syukuri yang ada InshaAllah akan bertambah" ucap Rasulullah.
Tsa'labah lalu pergi meninggalkan Rasulullah dan kembali ke rumahnya. Keesokan harinya setelah selesai shalat Ia tidak beranjak dari tempat shalat agar bisa bicara dengan Rasulullah.
" Ya Rasulullah, tolong doakan saya agar bisa berubah hidup saya" ucap Tsa'labah.
" Ya, sudah kamu aamini" ujar Rasulullah.

Kemudian Rasulullah memberikan sepasang domba kepada Tsa'labah. Singkat cerita dombanya Tsa'labah semakin banyak dan Ia sibuk mengurus domba sehingga hari demi hari Ia tidak pernah berjama'ah di masjid dan juga tidak membayar zakat.
" Celakalah wahai kamu Tsa'labah" ucap Rasulullah. Maka apa yang terjadi, semua yang dimilikinya diambil kembali oleh Tuhan. Akhirnya Tsa'labah menjadi manusia hina bukan saja Dimata Tuhan tetapi juga Dimata manusia.
Bagaimana dengan kisah Nabi Ayub, beliau mempunyai harta yang cukup banyak, anak 12 orang dan istri yang cantik dan orang yang selalu dekat dengan Tuhan. Suatu hari satu persatu miliknya diambil Tuhan, harta habis, anak meninggal semua bahkan yang paling berat Tuhan uji dengan penyakit bertahun-tahun, beliau diusir dari kampung tempat tinggalnya karena bau busuk tubuhnya, tinggallah beliau dihutan dan tidur beralaskan tanah.
Dalam kondisi yang sangat parah tidak menjadikan beliau jauh dari Tuhan justru semakin dekat kepada Tuhan. Beliau tak henti-henti berdoa. Doa beliau diabadikan Tuhan dalam kitab suci Alquran surat Al-Ambiya ayat 83-84.
Allah SWT berfirman:
وَاَيُّوْبَ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗۤ اَنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَاَنْتَ اَرْحَمُ الرّٰحِمِيْنَ
"dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, (Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang."
فَاسْتَجَبْنَا لَهٗ فَكَشَفْنَا مَا بِهٖ مِنْ ضُرٍّ وَّاٰتَيْنٰهُ اَهْلَهٗ وَمِثْلَهُمْ مَّعَهُمْ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَذِكْرٰى لِلْعٰبِدِيْنَ
"Maka Kami kabulkan (doa)nya lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami."
Begitulah kisah-kisah orang-orang terdahulu dalam menghadapi ujian dari Tuhan, ada yang berhasil ada yang tidak. Itu semua sebagai pelajaran bagi kita agar senantiasa menjadi manusia yang selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan.
Ketika kita mendapatkan ujian dari Tuhan, berarti Tuhan itu sayang kepada kita agar kita selalu ingat kepada Nya. Ingat ketika manusia ditimpakan musibah siapa yang dipanggil keras-keras oleh manusia, yaitu Allah. Bahkan ketika Fir'aun ditenggelamkan oleh Tuhan, Fir'aun mengakui adanya Tuhan, tetapi sudah terlambat.
Jangan Berlebihan
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
18-3-20





Kini dunia dibuat sibuk dengan tamu - virus Corona / Covid-19 - yang tak diundang dan tidak diharapkan kehadirannya. Tidak ada satupun orang yang berani menghampiri, mereka lari terbirit-birit bahkan rumah-rumah mereka tertutup rapat, andai ada tetangga, teman mereka menjaga jarak untuk berdialog. Mereka begitu takut menghadapinya.
Tamu yang tak berwujud, menyapa siapa saja dan tidak kenal pamrih, muda, tua, kaya, miskin, pejabat, rakyat jelata, militer, muslim, non muslim disapanya semua. Tamu yang tak pernah membedakan satu dengan yang lainnya. Ketika dia menyapa tak satupun yang bisa lari bahkan bisa tertidur pulas untuk selamanya.
Jika tamu itu datang bisa menghancurkan semua yang ada di dunia yang fana dan tidak kekal ini. Negara yang mempunyai pertahanan yang kuat dan senjata yang super canggih pun tidak berdaya menghadapinya.
Bagi mereka yang bertuhan dan beragama mencoba melalui pendekatan agama, sementara yang katanya ateis ( anti tuhan) merekapun minta perlindungan kepada umat beragama, bahkan mereka ikut dan bergabung kepada umat beragama dalam beribadah sekalipun mereka salah cara beribadahnya.
Pada dasarnya manusia itu bertuhan, karena ketidak tahuan atau keegoisannya menyebabkan orang jauh dari Tuhan. Biasanya manusia lari terbirit-birit mencari Tuhan saat musibah datang dan tak sanggup untuk lari darinya. Lihat Fir'aun ketika ditenggelamkan oleh Allah, siapa yang dicari?....Allah SWT. Begitu juga dengan negara komunis, ketika musibah datang mereka berlindung kepada orang beragama.
Ketika musibah datang tak seorangpun yang lepas darinya baik muslim atau non muslim, baik yang ahli ibadah maupun tidak. Jika musibah itu datang, maka semuanya dapat merasakannya.
Musibah itu terjadi karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab, rakus dan berlebihan.
Tuhan berfirman.*****" Yang halal itu sudah jelas dan yang harampun juga sudah jelas"*****
Makanan dan minuman yang haram, jika terus-menerus dikonsumsi akan mendatangkan kemudharatan ( penyakit). Makanan dan minuman yang halal pun kita dianjurkan yang halal lagi baik, tidak semua makanan yang halal itu baik semua untuk kita.
Terjadinya virus Corona ( Covid-19 ) sekarang ini, akibat segelintir manusia yang rakus dan berlebihan memakan yang jelas-jelas dilarang agama. Dampak dari perbuatannya berimbas kepada yang lainnya, bahkan seluruh dunia merasakannya.
Empat belas abad yang lalu Tuhan mengingatkan kepada manusia dalam Al-Qur'an melalui nabi Muhammad SAW.
" Makan dan minumlah kalian dan jangan berlebihan".


Dibalik Corona Virus
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
21-3-20




Virus Corona atau Covid-19 tidak bisa dianggap enteng, semakin hari yang terjangkit virus Corona terus bertambah - tertanggal 21 Maret 2020, terinspeksi 369 korban 32 orang - hingga pemerintah mengambil sikap untuk menyelamatkan nyawa banyak orang, berbagai daerah mengambil kebijakan untuk memotong jalur virus Corona dengan jalan lock down ( berdiam diri di rumah ) dan social distancing (menjaga jarak )
Semua akses yang banyak mengumpulkan orang banyak disterilkan dan ditutup, bahkan untuk shalat berjamaah atau shalat Jum'at ditiadakan sementara, kecuali daerah-daerah yang tidak terdampak virus Corona. Hal ini berdampak pada perekonomian nasional dan itu pasti, tetapi nyawa rakyat lebih penting dari yang lainnya.
Semua peristiwa yang terjadi pasti akan berdampak bagi semua, baik positif maupun negatif. Diterapkan lock down oleh pemerintah menuai pro-kontra dimasyarakat, hal ini pasti terjadi. Bagi yang berduit mungkin tidak memberatkan, tetapi bagi rakyat kecil hal ini pasti memberatkan. Seharusnya pemerintah sudah mengantispasi kemungkinan yang akan terjadi.
Lockdown juga diterapkan pada dunia pendidikan, semua sekolah mulai dari tingkat yang paling bawah sampai yang tertinggi guna memutus mata rantai penyebaran virus Corona, tetapi pembelajaran terus dilakukan dengan menggunakan sistem jarak jauh dengan media pembelajaran online melalui internet. Hal ini setidaknya membuka mindset pihak sekolah khususnya bagi pendidik untuk melek terhadap teknologi informatika.
Virus Corona setidaknya memberikan pelajaran terpenting kepada kita untuk selalu mengupdate perkembangan teknologi informatika, begitu banyak manfaat untuk diketahui pendidik dan peserta didik. Teknologi informatika setidaknya membuka lebar-lebar akses kemudahan untuk dunia pendidikan.
Handphone salahsatunya, bagi sekolah,guru dan orang tua yang selama ini membatasi ruang gerak anak untuk menggunakan handphone paling tidak tersadarkan dalam kondisi seperti ini. Bahkan orang tua kini direpotkan dengan rengekan permintaan anak untuk minta dibelikan handphone tercanggih.
Guru yang biasa mengajar dari zaman old sampai zaman now tidak ada perubahan, sekarang dituntut untuk bisa mengakses pembelajaran jarak jauh atau sistem online. Setidaknya musibah virus Corona tidak semua membawa sisi negatif, tetapi ada juga sisi positifnya, yaitu membawa perubahan kearah yang lebih baik. Bravo untuk peserta didik, pendidik dan orang tua didik.