Butuh Kerjasama...
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
13-3-20
Suharto,M.Pd
MTsN 5 Jakarta
13-3-20
Akhir-akhir ini kita saksikan banyak kasus dalam dunia pendidikan di negeri ini, hampir setiap hari kita dengar, lihat berita baik lewat medsos atau televisi. Terjadi bullying baik antar siswa, guru dan siswa, siswa dan guru, orang tua dan guru. Ya, memang miris sekali hal ini terjadi.
Belum lagi kemerosotan moral baik siswa maupun guru. Jika terjadi kasus dan viral, yang ada saling menyalahkan. Terkadang pihak sekolah yang selalu menjadi kambing hitam, terutama guru. Sementara orang tua terkadang terlalu memanjakan anak apalagi masyarakat lebih banyak menyalahkan.
Terkadang guru serba salah bagai makan buah simalakama, dimakan bapak mati tidak dimakan ibu mati. Tidak ada guru yang berkeinginan menjerumuskan siswa-siswinya. berbagai cara guru lakukan agar siswa-siswinya cerdas dan berkepribadian baik, andai ada kekerasan itupun sudah melalui proses yang panjang. Ya, memang dengan alasan apapun kekerasan tidak dibenarkan dalam dunia pendidikan dan sudah ada UU perlindungan anak. Oleh karena itu guru harus memahaminya. Sepengetahuan saya ketika mengikuti seminar dan workshop tentang kekerasan dalam dunia pendidikan. Yang termasuk kekerasan itu bukan saja memukul, menampar, mencubit bahkan membentakpun termasuk kedalamnya.
Begitupun orang tua berkeinginan yang sama, hanya saja terkadang sifat melindungi anaknya lebih besar sehingga yang lebih dominan otak reptilnya ( penyerang) dari otak cortexnya ( berpikir ). Padahal dia tahu anaknya salah tetap saja dia tidak terima. Bahkan sampai dengan egonya melaporkan keranah hukum dengan alasan buat pelajaran untuk yang lain.
Masyarakat dalam arti lingkungan tempat berdomisilinya siswa-siswi juga kurang kondusif atau perhatian terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, rasa kepedulian terhadap lingkungan kurang mendukung yang ada hidup cuek atau memikirkan diri sendiri, rasa individualis lebih tinggi dari rasa solidaritasnya. Hidup nafsi-nafsi sehingga kurang peduli.
Sebenarnya tanggung jawab pendidikan anak adalah ditangan orangtuanya, tetapi karena ketidakmampuannya orang tua menyerahkan kepada orang lain atau sekolah. Oleh karena itu agar tujuan bersama tercapai seharusnya orang tua harus duduk bersama dalam menentukan program-program pendidikan di sekolah tempat anak dididik, jangan lepas tangan. Sehingga jika ada masalah dengan anaknya disekolah orang tua sudah paham.
Ada perwakilan orang tua di sekolah, yaitu KO MITE. Tapi tugas komite lebih banyak berperan menjadi bemper, sebagai alat untuk memungut dana. Andaikan ada yang bagus bisa dihitung dengan jari.
" Pada hakekatnya tidak ada anak yang bermasalah, tetapi yang ada adalah guru dan orang tua yang bermasalah, karena tidak tahu cara memahami, mengempati dan menangani dinamika kehidupan anak. Padahal mereka semua pernah jadi anak-anak." Amir Faisal dalam pendidikan karakter 88 persen.
Menurut hemat saya, masyarakat harus dilibatkan dalam memantau lingkungan masing-masing. Tokoh masyarakat, ulama, aparat dan karang taruna, untuk mengkondisikan lingkungan beredukasi.
Pernah saya melihat sebuah perkampungan dimana masyarakatnya membuat peraturan diantaranya anak-anak seusia sekolah dilarang keluar rumah pada jam belajar malam.
Dalam hati saya berkata" Alhamdulillah, masyarakatnya peduli sekali dengan pendidikan, jika semua perkampungan seperti ini pasti pendidikan di Indonesia bisa bangkit kembali menjadi macannya ASIA".
Pernah saya melihat sebuah perkampungan dimana masyarakatnya membuat peraturan diantaranya anak-anak seusia sekolah dilarang keluar rumah pada jam belajar malam.
Dalam hati saya berkata" Alhamdulillah, masyarakatnya peduli sekali dengan pendidikan, jika semua perkampungan seperti ini pasti pendidikan di Indonesia bisa bangkit kembali menjadi macannya ASIA".
Melihat permasalahan yang ada, maka perlu adanya kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Tanpa kerjasama sulit rasanya pendidikan dapat mencerdaskan dan membentuk siswa berkepribadian baik.
Mungkin kita bisa belajar dari semangat gotong royong orang-orang tua dahulu dalam memindahkan rumah yang cukup besar dan berat, tanpa kerjasama yang baik tidak mungkin rumah itu bisa diangkat dan dipindahkan dari tempat asalnya. Begitu juga dalam pendidikan, ketika orang tua sudah menyerahkan anak ke guru ngaji atau kesekolah, apapun yang terjadi dengan anaknya diserahkan sepenuhnya keguru atau sekolah, andaikan anak mengadu bukannya dibela malah dihukum kembali. Oleh karena itu guru sangat dihormati di masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar