Temukan kuncinya...
MTsN 5 Jakarta
5-3-20
Pada waktu duduk di madrasah Aliyah negeri 1 filial Cilincing ( MAN ) saya mengikuti upacara bendera, saya menyimak pidato pembina upacara, beliau bercerita;
" Dahulu ada santri yang tidak pernah naik tingkat Atau naik kelas, teman-temannya sudah pada jadi ustadz, beliau masih saja diam di tempat. Beliau di juluki siAlifba. Kenapa...? Karena beliau kalau diajarkan suka lupa, setelah diajari Ba ditanya Alif lupa, kalau ditanya Alif lalu Ba lupa dan begitu seterusnya.
Sebagai manusia tentu ada perasaan malu karena sudah lama menuntut ilmu tidak bisa-bisa. Wajar itu manusiawi. Setelah beliau pikir-pikir beliau memutuskan untuk berhenti dan keluar dari pondok pesantren. Beliau menghadap gurunya,
" Pak kyai, saya mau pamit sepertinya saya tidak mampu belajar lagi, mohon maaf pak kyai" ucap siAlifba sambil merunduk malu.
" Ngga usah keluar InshaAllah nanti juga bisa, sabar...." Jawab kyai.
" Tidak kyai, saya malu, saya mau pulang" ucap siAlifba sambil menangis sedih.
" Ya sudah, silahkan....., Tetapi jika kamu mau kesini lagi pondok ini terbuka untukmu" timpal Kyai.
" Pak kyai, saya mau pamit sepertinya saya tidak mampu belajar lagi, mohon maaf pak kyai" ucap siAlifba sambil merunduk malu.
" Ngga usah keluar InshaAllah nanti juga bisa, sabar...." Jawab kyai.
" Tidak kyai, saya malu, saya mau pulang" ucap siAlifba sambil menangis sedih.
" Ya sudah, silahkan....., Tetapi jika kamu mau kesini lagi pondok ini terbuka untukmu" timpal Kyai.
Pak kyai tidak bisa menghalangi dan dia paham kondisi muridnya. Akhirnya siAlifba pulang dengan membawa barang-barangnya. Jaman dahulu tidak ada jalan raya yang ada hanya jalan setapak dan terkadang juga melewati hutan. Ketika beliau sudah ditengah perjalanan turun hujan sangat lebat, beliau melihat ada sebuah gubuk kemudian beliau berteduh sampai hujan berhenti.
Sambil menunggu hujan berhenti, mata beliau tertuju kepada sebuah bongkahan batu besar yang berlubang terketes air terus-menerus dari atap gubuk. Dia tertarik dan berpikir sambil memegang kepalanya, kemudian bertanya dalam hati.
" Aneh,.....batu sekeras itu bisa berlubang hanya tertimpa dengan air yang lunak, bingung aku.... kenapa ya?..... Ucap beliau sambil terus melihat batu.
" Nah....nah.....nah.....ini dia kuncinya, aku paham...aku paham. Air memang sifatnya lunak, tetapi kalau terus-menerus minimpa sekeras apapun benda itu akan terkikis, Ya ya ya......begitu juga dengan belajar kalau terus- menerus, Dawam, kontinyu pasti bisa. Aku nggak jadi pulang, aku harus kembali apa lagi pak kyai membuka lebar-lebar pondoknya untuk aku kembali menuntut ilmu." Ucap siAlifba.
Akhirnya siAlifba kembali dan belajar tanpa kenal waktu, selalu mengulang-ulang atau muroja'ah. Usaha keras membuahkan hasil yang cemerlang, beliau mengalahkan yang lain dan menjadi ulama besar yang banyak menghasilkan karya tulis, siapa beliau ?.....beliau adalah***** IBNU HAJAR ASQOLANI***** IBNU = anak, HAJAR = batu , ASQOLANI = nama sebuah tempat."
Waktu saya duduk di bangku MTs Nurul Huda Cakung Jakarta Timur, saya telah menemukan strategi belajar, saya uji coba dan akhirnya strategi itu bisa menghantarkan saya menjadi Mahasiswa Undangan ( PMDK) di IAIN Jakarta . Sederhana sekali strategi itu: buat ringkasan, baca berulang-ulang ( hapal ), buat soal sebanyak yang bisa ditanya kemudian baca soalnya lalu jawab, jika terjawab semuanya berarti sudah menguasai materi. Strategi inipun saya coba, Alhamdulillah, berhasil....
Melihat dan berdasarkan pengalaman, saya melihat bahwa untuk sukses harus mengetahui kuncinya. Sebagus apapun materi yang kita sampaikan atau sistem yang kita bangun di sekolah kalau kita tidak paham kondisi siswa kemudian kita tidak bangun kesadaran siswa untuk semangat dan kemandirian belajar sulit rasanya untuk meningkatkan prestasi.
Untuk sekolah,guru dan siswa sebagaimana Mendikbud Pak Nadiem Anwar Makarim programkan, yaitu merdeka belajar. Diantara isi yang saya tangkap merdeka belajar adalah bagaimana sekolah,guru dan siswa mampu menciptakan inovasi, kemandirian belajar dan kreatif sehingga proses belajar lebih hidup, tentunya ketiga komponen tersebut saling bersinergi.
Tidak semua orang tahu akan dirinya, oleh karena itu tugas guru yang membangkitkan potensi yang ada pada murid-muridnya.sehingga murid menemukan potensi yang terpendam yang pada akhirnya menemukan kemandirian dalam belajar.
Jika kita mau masuk kerumah yang pertama kali kita cari yaitu kunci, dari kunci inilah terbuka rumah sehingga dengan mudah kita memasukinya. Begitu juga dengan belajar.....
0 komentar:
Posting Komentar