Lihat ke dalam Jangan Ke luar
Setiap akhir semester biasanya setiap lembaga pendidikan mengadakan rapat dewan guru untuk mengevaluasi program yang telah dijalankan selama satu atau dua semester. Pada akhir semester biasanya membahas hasil belajar siswa dalam rangka kenaikan kelas, biasanya rapat ini agak sedikit alot dan memakan waktu, karena masing-masing guru mengungkapkan permasalahan-permasalahan siswa, pro dan kontra dalam menyikapi permasalahan membuat suana rapat jadi hidup. Masing-masing guru mengeluarkan argumentasi masing-masing.
Idealitas dan perasaan bercampur aduk mewarnai jalannya rapat. Lucu memang ketika siswa sudah tidak masuk dalam kriteria kenaikan kelas diperjuangkan naik melalui sentuhan perasaan, kasihan,miskin dan sejuta alasan terkadang ikut dalam memutuskan naik atau tidaknya seorang siswa. Inilah salah satu sebab kenapa pendidikan tidak pernah maju.
Ketika perasaan yang dikedepankan yang salah menjadi benar, yang benar menjadi salah, norma tidak lagi menjadi ukuran, peraturan hanya di atas kertas, tentu hal akan berdampak kepada semua civitas akademika. Sepintas memang membantu, tetapi pada hakikatnya akan menghancurkan sistem pendidikan yang berjalan, siswa yang dinaikkan bersantai ria karena tidak ada pembelajaran pada dirinya, begitu juga berdampak pada siswa yang lain, bahkan kepada guru itu sendiri. Ya, jika peraturan mudah dilanggar pasti akan berpengaruh pada sektor lainnya.
Terkadang rapat juga menjadi ajang pengadilan siswa, anehnya semua kesalahan ditujukan kepada siswa, padahal siswa hanya seorang anak yang sedang mencari jati diri dan butuh perhatian yang besar kepada para orang tua wabil khusus Guru. Padahal kurang focusnya perhatian siswa dalam proses pembelajaran karena guru itu sendiri, sayangnya kesalahan bukan ditujukan pada diri guru tersebut. Tidak mungkin anak tidak focus kalau guru piawai dalam mengajar. Namun kenyataannya guru tidak introspeksi diri. Dia tidak melihat kedalam diri lebih melihat keluar.
Jika seseorang guru hanya pandai menyalahkan dan tidak instrospeksi diri kedalam, sulit rasanya untuk mencapai pembelajaran yang inovatif, kreatif dan inspiratif.
Kenapa si harus lihat kedalam? Sering kita mendengar anak cerminan orang tuanya, untuk melihat bagaimana pendidikan yang dilakukan orang tua cukup melihat bagaimana perilaku anaknya, jika perilaku anaknya baik pasti pola pendidikan yang dilakukan orang tuanya baik', sebaliknya jika perilaku yang dilakukan anaknya tidak. Baik, maka pola pendidikan ada yang dipertanyakan. Jadi jangan menyalahkan anak salahkan Pendidikan yang memproses anak, siapa? Ya, orang tuanya.
Begitu juga di sekolah, ketika perilaku siswa ada yang menyimpang atau rendahnya mutu pendidikan jangan serta Merta menyalahkan siswa-siswi, tetapi lihatlah ke dalam diri anda selaku guru yang mendidik sudah sejauh mana anda mendidiknya, introspeksi diri ke dalam apa yang salah dalam mendidik siswa. Itulah kenapa harus lihat ke dalam bukan ke luar.
Apa si yang dimaksud dengan melihat ke dalam? Menurut penulis melihat ke dalam tidak lebih sekedar introspeksi diri tentang apa yang terjadi pada diri. Artinya ketika sesuatu terjadi tidak serta merta menyalahkan sesuatu yang ada di luar diri, tetapi lebih kepada melihat ke dalam diri.
Sebagai contoh pengalaman penulis ketika membangunkan anak untuk shalat berjamaah subuh di musholla, kebetulan belakangan ini penulis yang menjadi imam, dalam hati kenapa anak saya tidak jama'ah di musholla, akhirnya saya perintahkan untuk sholat di musholla melalui istri, "Tong, bangun sholat subuh ke musholla suruh ayah" perintah istri. " Di rumah aja umi, entar dulu. Ayah juga dulu jarang sholat subuh ke musholla" jawab anak. Mendengar jawaban dari istri semacam itu penulis introspeksi atau melihat ke dalam diri, hingga penulis sadar tidak terbawa emosi atau menganggap paling benar.
Melihat keluar itu suatu hal yang paling mudah ketimbang melihat ke dalam diri. Melihat keluar dengan mata terbuka, sementara melihat ke dalam dengan hati. Melihat keluar bisa dilakukan dengan berbagai kesibukan, tetapi melihat ke dalam dengan keheningan. Melihat keluar diri tidak perlu alat cukup dengan mata, tetapi melihat diri perlu alat bantu, ketika anda ingin melihat telinga sendiri anda tidak bisa, kecuali dengan bantuan alat, apa alatnya? Cermin. Terus apa cermin anda hati. Ketika hati itu jernih akan mampu melihat ke dalam diri dari pada ke luar diri.
Bagaimana caranya untuk selalu menjaga agar selalu melihat ke dalam diri? Setiap sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti ada solusinya, setidaknya ada beberapa solusi di antaranya:
Satu, jangan menganggap diri paling benar. Kebenaran itu nisbi, mungkin hari ini dalam kondisi benar bisa jadi dilain waktu anda dalam kondisi salah. Contohnya seperti pengalaman penulis di atas.
Yah, memang menyalahkan orang lain sangat mudah ketibang menyalahkan diri sendiri. Contoh, ada empat orang pemuda sedang melakukan sholat, satu imam tiga makmum, ketika imam sujud tetiba kaki imam menjulur kebelakang mengenai makmum lantas berteriak.
" aduh kepala saya ketendang" teriak makmum satu.
" Eh, sholat tidak boleh bicara" bentak makmum dua.
" Lah, kamu saja bicara" timpal Makmun tiga.
Inilah gambaran orang yang selalu melihat keluar tanpa melihat ke dalam. Lebih mudah menyalahkan padahal dirinya salah.
Kedua, jangan selalu melihat keluar, orang yang selalu melihat keluar dengan mudahnya menyalahkan orang lain. Seorang pemimpin yang baik dan hebat adalah seorang pemimpin yang selalu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan anak buahnya, bukan sebaliknya selalu menjatuhkan kesalahan pada anak buahnya. Begitu juga seorang guru ketika terjadi prestasi atau perilaku yang tidak baik pada siswanya, dia tidak menyalahkan siapa-siapa tetapi dia kembalikan seluruhnya pada dirinya. Contoh sederhana, kenapa guru mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK)? Karena guru ingin meminimalisir kesalahan dalam proses kegiatan pembelajaran, hingga dengan PTK guru tidak serta merta menyalahkan siswa-siswinya. Dengan PTK setidaknya guru mengetahui kondisi siswa hingga guru terus berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki teknik kegiatan belajar mengajarnya.
Oleh karena itu pandai-pandailah untuk selalu melihat ke dalam diri sebelum melihat ke luar. Jika ini tertanam pada diri anda, maka anda termasuk orang yang hebat dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi.
Allah SWT berfirman:
وَاصْبِرْ نَـفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْ ۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَ لَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰٮهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas."
(QS. Al-Kahf 18: Ayat 28)
وَفِيْۤ اَنْفُسِكُمْ ۗ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَ
"dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?"
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 21)
0 komentar:
Posting Komentar