Tampilkan postingan dengan label #EdisiRamadhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #EdisiRamadhan. Tampilkan semua postingan

#EdisiRamadhan 

Ibadah yang dilakukan semua harus bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Tidak akan diterima amal ibadah kita tanpa bersumber dari keduanya.

Rasulullah bersabda
"Telah kutinggalkan kepada kalian dua perkara, jika kalian berpegang kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah (Hadits).

Dua sumber inilah yang dijadikan pijakan untuk melakukan ibadah. Begitu juga dalam melakukan ibadah puasa, ada aturan yang harus dilakukan, terutama kapan memulai dan mengakhiri puasa Ramadhan.

Ada dua cara dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan, yaitu:

Pertama, Rukyatul hilal. Menetapkan Awal dan akhir Ramadhan dengan melihat hilal ( bulan sabit), jika terlihat bulan sabit, maka malam itu masuk bulan suci Ramadhan dengan demikian besok harinya berpuasa. Tapi jika tidak terlihat, maka hari esok masih bulan sya'ban artinya mengenapkan/menyempurnakan ( Istikmal) bulan sya'ban yang tadinya 29 hari menjadi 30 hari. Otomatis hari berikutnya masuk tanggal satu Ramadhan. Misal hari Senin sore para pakar ilmu Falak mengadakan Rukyatul hilal dan terlihat adanya hilal, maka malam Selasa sudah masuk tanggal satu Ramadhan dan umat Islam disunnahkan shalat Tarawih. Tapi jika hilal tidak nampak, maka tanggal satu Ramadhan jatuh pada malam Rabu. Maka puasa dilaksanakan pada hari Rabu.

Kedua, Hisab. Menetapkan Awal dan Akhir Ramadhan dengan cara perhitungan berdasarkan peredaran matahari dan bulan. Untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan memakai peredaran bulan, sementara waktu shalat menggunakan peredaran matahari. Ilmu yang membahas tentang ilmu perhitungan ini disebut ilmu Falak/ ilmu Astronomi. Orang yang menguasai ilmu tersebut tidak terlalu banyak. Tidak semua ulama menguasai ilmu tersebut. 

Dengan ilmu Falak, para ulama mampu mengetahui jauh-jauh hari awal dan akhir Ramadhan bahkan sepuluh tahun yang akan datang ulama bisa mengetahui kapan awal dan akhir Ramadhan. Ilmu Falak juga bukan hanya untuk mengetahui tanggalan, tapi lebih dari itu. Misal, penentuan waktu shalat, arah kiblat, terjadinya gerhana matahari dan bulan, dan yang lainnya.

Coba perhatikan kalender tahun 2021, sudah tertera pada tanggal 13 April 2021 sebagai hari pertama bulan Ramadhan. Ahli ilmu Falak sudah mengetahui tanggal satu Ramadhan jauh-jauh hari. 

Sebenarnya, antara ilmu Hisab dan Rukyah tidak ada perbedaan, keduanya saling menunjang. Melakukan Rukyatul hilal pasti berpatokan pada perhitungan Hisab. Tapi mereka yang berpegang pada Rukyatul hilal, awal dan akhir Ramadhan wajib lihat hilal. Sementara ahli hisab cukup lihat berdasarkan perhitungan tanpa melihat hilal.

Ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU, berbeda dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan. Muhammadiyah menggunakan Hisab sementara NU (Nahdlatul ulama) lebih cenderung kepada Rukyatul hilal. NU-pun memakai Hisab sebagai acuan Rukyatul hilal.

Muhammadiyah cara pandangnya dengan Menerapkan Wujudul Hilal ( Adanya Hilal) artinya tidak perlu dilihat lagi hilal pada hari itu bulan sudah ada baik nampak maupun tidak. Sementara NU harus nampak hilal, setelah terbenamnya matahari bulan akan nampak, itu pun di atas upuk, jika di bawah ya, hilal tidak nampak.

Muhammadiyah dan NU sama-sama menggunakan dasar hukum yang sama, hanya berbeda cara penafsiran. Ketika berbeda penafsiran, maka berbeda pula dalam menentukan atau menetapkan keputusan.

Dalam Rukyatul Hilal pun ada perbedaan dalam menentukan bisa atau tidaknya hilal dilihat. Contoh antara daerah Cakung dengan daerah Kelender Jakarta Timur. Itu berbeda dalam batasan standar terlihatnya hilal. Daerah Cakung dua derjah di atas upuk hilal sudah bisa dilihat, tapi bagi daerah Kelender berpatokan lima derejah di atas upuk baru bisa dilihat hilal. Maka itu, penulis sering mendapatkan perbedaan dalam merayakan hari raya idul Fitri. Di daerah Cakung tempat penulis sudah idul Fitri, di daerah Kelender masih puasa. Sebagai orang awam ya, penulis ngikuti ulama daerah penulis.


Dahulu setiap penentuan awal dan akhir Ramadhan, sering disiarkan langsung oleh pemerintah lewat layar kaca Televisi. Banyak perdebatan yang menguras pikiran dan tenaga. Ya, sulit untuk berkata mufakat karena beda penafsiran. Untuk menciptakan persatuan umat Islam, pemerintah dalam hal ini diwakili Menteri Agama, cukup menyiarkan hasil akhir setelah menerima masukan dari berbagai pihak.

Ya, begitulah bagaimana cara menentukan awal dan akhir Ramadhan. Dalam hal ini pemerintah memberikan kebebasan menurut keyakinan masing-masing. Yang terpenting saling menjaga kerukunan antar umat Islam. 

Demikian sekilas info, mohon maaf jika ada kekurangan...



Salam literasi....

Suharto guru Pembelajar