UN Simalakama
Suharto,M.Pd
Sesuatu yang terlihat baik belum tentu baik realitanya, begitu juga sesuatu yang terlihat buruk belum tentu buruk realitanya. Terkadang ketika kita melihat sesuatu yang beda atau ganjil dengan serta-merta langsung memvonis berdasarkan nalar kita masing-masing, tanpa mempelajari terlebih dahulu. Mari kita belajar dari kisah Nabi Musa AS dan Nabi Chaidir AS.
Dikisahkan Nabi Musa As merasa lebih pintar dari yang lainnya, maka Allah tegur melalui Nabi Chaidir AS. Dalam suatu perjalanan terjadi dialog diantara keduanya.
" Kenapa kamu bunuh anak kecil itu?" Tanya Nabi Musa AS penuh keheranan.
" Diam saja kamu, jangan banyak tanya" jawab Nabi. Chaidir AS.
" Kenapa kamu hancurkan rumah itu" tanyanya lagi.
" Diam saja jangan banyak tanya" jawab Nabi Chaidir.
"Kenapa kamu bocori perahu itu" tanya Nabi Musa AS lagi.
Kalaulah hal itu terjadi di zaman now ini, pasti berjuta-juta nitizen menghujat dan menghakimi baik dengan bahasa yang halus maupun yang kasar. Padahal kita tidak mengetahui yang sebenarnya, begitulah kita terkadang terjebak pada yang tersurat / nampak, tampa memahami yang tersirat didalamnya. Kita teruskan kisah ini.
" Aku bunuh anak kecil tersebut, karena dia akan menjadi penjahat kelak ketika dewasa, maka aku selamatkan dia. Aku hancurkan rumah itu karena didalamnya ada harta anak yatim. Aku lubangi perahu itu karena didepannya ada para perompak" jawab Nabi Chaidir AS. Sementara Nabi Musa AS hanya terdiam membisu dan introspeksi diri.
Terus bagaimana kaitannya dengan Ujian Nasional. Haruskah diteruskan atau dihapuskan ?.....jika diteruskan kenapa?...jika dihapus kenapa ?....
Pada dasarnya UN itu bagus, kalau untuk sekedar pemetaan kualitas pendidikan bukan penentu kelulusan, sehingga pemerintah mengetahui daerah mana yang tingkat kualitas pendidikannya rendah dan tinggi. Jika wilayah dikatagorikan berkualitas rendah, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, mungkin prasarananya dilengkapi atau diadakannya pelatihan-pelatihan untuk tenaga pendidik mengingat pendidik sebagai garda terdepan pendidikan.
Kunci keberhasilan pendidikan ada ditangan pendidik. Buat apa gedung mewah dan lengkap, jika SDM pendidik rendah. Oleh karena itu sekolah yang bagus adalah sekolah yang sering melakukan pelatihan-pelatihan terhadap pendidiknya.
Realita di lapangan ternyata UN perusak pendidikan itu sendiri, politik bermain didalamnya, berbagai kepentingan terselubung didalamnya, bahkan UN berubah menjadi sebuah proyek, kita tidak bisa menutupi hal demikian itu karena hal tersebut berada didepan mata kita, sementara kita tidak bisa berbuat banyak alias tak berkutik dibuatnya. Bagi yang masih punya jiwa pendidik sejati hanya bisa mengusap-usap dada sambil menarik nafas dalam-dalam dan membaca istighfar..... astagfirullah.... astagfirullah.... astagfirullah....
Kejujuran hilang bak disambar petir disiang bolong, bertahun-tahun mendidik hancur lebur laksana panas setahun tertimpa hujan sehari.
Peserta didik menjadi manusia penadah yang hanya pandai menerima asupan tanpa usaha.
Kemunafikan pendidikan terus berjalan seiring sistem pendidikan asal babeh senang.
UN laksana buah simalakama. Diadakan sistemnya hanya berisi kemunafikan, tidak diadakan apalagi. Beginilah protret sebuah pendidikan di negeri kita ini. Tentunya tidak semua pendidikan seperti itu, masih ada yang bagus dan konsisten memegang amanah.
Kita semua berharap masih ada waktu merubah kearah yang lebih baik. Jangan berputus asa, selagi masih banyak pendidik sejati, kita Masi punya harapan.
*****" Janganlah berputus asa dari Rahmat Allah" firman Tuhan*****
0 komentar:
Posting Komentar