Butuh Perhatian


Butuh Perhatian ......

26-2-20


Setiap orang pasti berhadapan dengan masalah. Karena hidup itu saja masalah, terus apakah kita harus lari dari masalah, tentunya tidak .... Sekecil apapun masalah kita harus hadapi dengan tenang dan berpikir bagaimana caranya agar mampu mengatasi masalah itu dengan indah tanpa membuang energi berlebihan.
Orang itu menjadi hebat dan besar bukan orang itu tidak berhadapan dengan masalah, justru hebatnya karena mampu mengatasi masalah-masalah besar. Jika kita ingin menjadi orang besar, tetapi masalah kecil saja tidak mampu jangan bermimpi menjadi orang besar.
Jika kita berhadapan dengan masalah, katakan dengan tenang " nah ini proses menjadi orang hebat". Jadikan masalah menjadi tangga-tangga kesuksesan kita menjadi orang hebat.
Suatu hari teman ngobrol dengan saya " Tadi saya berdua dengan kesiswaan berkunjung ke rumah salah satu murid yang sedang bermasalah dengan salah satu guru, murid itu pulang saya samperin ke rumahnya, tahu tidak pak..? Dia bawa senjata tajam, bagus saya datang untuk menahan agar dia melepaskan senjata tajamnya. Alhamdulillah, dia menurutinya, kalau tidak saya tidak tahu apa yang terjadi" kata sahabat saya.
Begitu juga pada suatu kesempatan guru yang lain mengajar dan berdialog dengan murid bersangkutan, guru tersebut bukannya membuat masalah selesai malah memperpanjang masalah. Sementara guru lain pola pendekatannya dengan membelikannya sepatu, tetapi saya pikir kurang tepat, kenapa ?... Karena murid itu orang berada.
Saya mencoba untuk masuk dalam masalah, tetapi sebelum masuk saya pelajari sejarah kehidupannya. Saya lihat dari segi usia, seusia itu biasanya anak sedang mencari jati diri, berontak dan butuh pengakuan serta biasanya hidupnya labil, oleh karena itu butuh perhatian.
Dilihat dari pergaulan anak ini jarang tidur dirumah dan bergaul dengar orang diatas usia dia, akibatnya kurang terkontrol orang tua, apalagi ayahnya jarang di rumah karena dinas keluar dan keluarga tergolong orang mampu.
Melihat hasil yang saya dapati murid tersebut perlu perhatian dan pengakuan dari orang lain. Alhamdulillah, saya mencoba untuk tenang dan seolah-olah saya tidak tahu masalah dia. Saya sering puji dia, sesekali saya suruh untuk menghapus papan tulis, saya pancing dia untuk bertanya kemudian saya berikan penguatan apapun bentuk pertanyaannya.
Menurut saya pertanyaan tidak ada yang jelek, yang saya nilai adalah sebuah keberaniannya minimal untuk mengangkat tangan. Saya beri kesempatan dia untuk memperagakan sebuah dialog antar teman, ternyata dia bagus.
Suatu hari dia minta sesuatu ke saya ,
" maaf pak, boleh tidak saya duduk didepan, ngga papa pak duduk di lantai, soalnya tidak kelihatan" kata murid.
" Ya, silahkan dan jangan berisik serta jangan ganggu yang lain" jawab saya.
Ya, itulah setiap kita pasti berhadapan dengan masalah, apalagi seorang guru yang berhadapan dengan ribuan siswa yang berbeda latar belakang dan berbeda karakter. Andai saja dalam menghadapi dengan emosi juga, apalah jadinya.
Dahulu diawal jadi guru, saya paling ditakuti murid-murid, jika saya datang murid-murid pada masuk semua;
" Awas ada Cang Ato,.....masuk...masuk..." Mereka berteriak sambil berlari.
Apalagi kalau mau sholat, saya cukup berdiri tanpa kata.... mereka langsung duduk tenang.
Saya tidak tahu apa saya galak atau tegas. Pernah suatu hari saya terpaksa melayangkan tamparan kepada lima orang siswa karena perbuatannya sudah keterlaluan. Semuanya saya tampar selanjutnya saya berikan wejangan.
" Tamparan saya kepada kamu tidak seberapa sakit, ketimbang sakitnya hati saya karena perbuatan kalian, saya didik kalian dengan baik tetapi kenapa kamu seperti ini, jangankan saya orang tuamu juga sakit hatinya, saya minta jangan ulangi lagi dan saya tidak mau lagi dengar namamu sampai ke saya, paham kalian..." Kata saya.
" Iya, pak maaf saya tidak mengulangi lagi" Jawab mereka sambil salaman dengan saya dan sayapun sambil menepuk badan mereka.
Setelah banyak mengikuti pelatihan dan banyak baca buku yang berkaitan dengan pendidikan, setidaknya saya hijrah dari masa lalu agar hidup ini lebih bermakna dan menginspirasi, minimal untuk diri sendiri.
Salah satu profesor UPI Bandung telah berkata dalam sebuah kata pengantar dari buku Inspiring Teacher karya Jalaluddin " guru hebat bukan guru yang menguasai materi, metodelogi tetapi guru hebat guru yang mampu menginspirasi siswa-siswinya."
Tidak ada siswa yang tidak baik, hanya saja siswa belum menemukan pigur guru yang baik. Begitu juga tidak ada anak yang tidak baik, hanya saja anak itu belum menemukan orang tua yang baik.(Munif Chatib).
Begitu juga tidak ada guru yang tidak baik, hanya saja guru itu kesulitan dalam menaiki tangga keprofesionalannya.( Munif Chatib ).

0 komentar:

Posting Komentar