Dibalik Keprihatinan.....
Suatu hari saya menghadiri pesta pernikahan kemenakan anak pertama dari adik perempuan saya. Sesampai disana adik perempuan saya menghampiri.
" Bang Harto, saya minta tolong" kata adik.
" Tolong apa ?" Jawab saya.
" Bang tolong memberi tausyiah, saya mengundang anak-anak yatim" kata adik.
" Ya, udah InshaAllah" jawab saya.
" Bang Harto, saya minta tolong" kata adik.
" Tolong apa ?" Jawab saya.
" Bang tolong memberi tausyiah, saya mengundang anak-anak yatim" kata adik.
" Ya, udah InshaAllah" jawab saya.
Dalam acara tausyiah saya sedikit banyak menyampaikan kehidupan Rasulullah sebagai anak yatim-piatu yang sukses menjadi orang besar, kemudian dikaitkan dengan kehidupan masa kekinian, yaitu bagaimana menjadi anak yatim yang sukses dan berprestasi. Alhamdulillah, acara berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Azan berkumandang dari musholla tanda waktu shalat Dzuhur telah tiba, tanpa membuang waktu saya dan beberapa tamu yang hadir bergegas menuju musholla untuk menunaikan ibadah shalat Dzuhur. Usai shalat Dzuhur ada seorang jama'ah menghampiri saya.
" Assalamualaikum, pak ustadz" kata bapak tersebut sambil berjabat tangan.
" Waalaikumussalam, pak" jawab saya.
" Maaf pak ustadz, tadi saya menyimak ceramah pak ustadz, Bagus...saya baru kali ini dengar ceramah membahas tentang keprihatinan dalam hidup dan sangat menyentuh." Kata bapak lagi.
" Assalamualaikum, pak ustadz" kata bapak tersebut sambil berjabat tangan.
" Waalaikumussalam, pak" jawab saya.
" Maaf pak ustadz, tadi saya menyimak ceramah pak ustadz, Bagus...saya baru kali ini dengar ceramah membahas tentang keprihatinan dalam hidup dan sangat menyentuh." Kata bapak lagi.
Suatu hari juga saya bersilaturahmi ke rumah mertua di Cikarang, hampir setiap liburan saya sekeluarga nyempatkan diri ke rumah orang tua. Ketika sampai disana motor saya ada masalah lalu saya pergi ke tukang servis motor.
Sambil memperbaiki motor si Abang bengkel ngajak ngobrol.
Sambil memperbaiki motor si Abang bengkel ngajak ngobrol.
" Bang dari mana,saya tidak pernah lihat" kata tukang servis.
" Dari jati bang, kebetulan saya lagi silaturahmi sama mertua" jawab saya.
" Siapa mertuanya ?" Kata tukang servis lagi.
" Pak Sutomo" jawab saya lagi.
" Itu mah saudara saya, anak-anaknya hebat dan berhasil semua. Si Harto anak yang tua itu setiap hari menggayuh sepeda berisi keranjang dikanan kirinya untuk belanja ke pasar , si Ajid menggayuh sepeda butut untuk pergi sekolah atau kuliah, tuh sepeda selalu ditaruh di rumah kakeknya begitu juga yang lain. Mereka hidup penuh keprihatinan tidak terlalu menuntut kepada orang tua karena mereka tahu orang tuanya hanya tukang minyak keliling dan ibunya seorang tukang nasi uduk di kampung, tetapi coba lihat sekarang jangankan sepeda, motor, mobilpun mereka sanggup beli bahkan si Ato tiga anaknya jadi dokter semua. Saya salut dengan bang Sutomo lebih mementingkan pendidikan dari yang lain." Timpal Abang tukang servis penuh dengan semangat.
" Dari jati bang, kebetulan saya lagi silaturahmi sama mertua" jawab saya.
" Siapa mertuanya ?" Kata tukang servis lagi.
" Pak Sutomo" jawab saya lagi.
" Itu mah saudara saya, anak-anaknya hebat dan berhasil semua. Si Harto anak yang tua itu setiap hari menggayuh sepeda berisi keranjang dikanan kirinya untuk belanja ke pasar , si Ajid menggayuh sepeda butut untuk pergi sekolah atau kuliah, tuh sepeda selalu ditaruh di rumah kakeknya begitu juga yang lain. Mereka hidup penuh keprihatinan tidak terlalu menuntut kepada orang tua karena mereka tahu orang tuanya hanya tukang minyak keliling dan ibunya seorang tukang nasi uduk di kampung, tetapi coba lihat sekarang jangankan sepeda, motor, mobilpun mereka sanggup beli bahkan si Ato tiga anaknya jadi dokter semua. Saya salut dengan bang Sutomo lebih mementingkan pendidikan dari yang lain." Timpal Abang tukang servis penuh dengan semangat.
Banyak cerita-cerita kesuksesan orang-orang yang hidup prihatin sukses dalam mengarungi kehidupan, sebaliknya banyak orang--orang bergelimang harta anak-anaknya tidak berhasil.
Dengan demikian keberhasilan bukan milik orang kaya tetapi keberhasilan kepunyaan orang prihatin yang mau berusaha.
Dengan demikian keberhasilan bukan milik orang kaya tetapi keberhasilan kepunyaan orang prihatin yang mau berusaha.
Dahulu saya susah, ongkos sekolah saja harus pinjam sama tetangga, mau lihat jam saja harus lihat jam tetangga. Apakah saya harus teriak atau menangis dengan keadaan ? tidak!
Saya paham kondisi orang tua, terus apa yang saya lakukan ? Ya, hidup prihatin dan terus semangat untuk belajar mengejar prestasi. Alhamdulillah, dibalik keprihatinan ada keberhasilan dalam mengejar mimpi menjadi sebuah kenyataan.
Saya paham kondisi orang tua, terus apa yang saya lakukan ? Ya, hidup prihatin dan terus semangat untuk belajar mengejar prestasi. Alhamdulillah, dibalik keprihatinan ada keberhasilan dalam mengejar mimpi menjadi sebuah kenyataan.
0 komentar:
Posting Komentar