Allah Tergantung Kita

Allah tergantung kita.....
18 Pebruari 20




Suatu hari kami sekeluarga berkunjung ke tempat dimana putra kedua saya menuntut ilmu pengetahuan, hampir setiap bulan saya berkunjung, setidaknya untuk memberikan semangat. Karena mungkin ini sejarah bagi keluarga saya menghantar anak untuk menuntut ilmu di pondok. Waktu kecil saya punya keinginan mondok, tatapi orang tua tidak mengizinkan mungkin permasalahan ekonomi keluarga.
Anak-anakku rata-rata punya kemampuan dibidang ilmu eksak ( Matematika dan IPA ) mungkin nurun dari uminya. Karena uminya salah satu guru yang diperhitungkan di Madrasah maupun tingkat KKM Jakarta Timur.
Pernah saya membaca sebuah tulisan tentang penelitian sifat kepandaian anak nurun dari orang tua, ternyata 60 persen dari ibu sementara 40 persen dari bapak.
Fokus memasukkan anak pada Tahfidzul Qur'an. Aku ingin mempersiapkan anak jadi imam masjid atau musholla untuk menggantikan saya. Saya berprinsip seorang pemimpin harus dipersiapkan dan berkualitas Akhirnya saya masukkan kepondok Ar-rahmaniyah di daerah Cilodong Jawa barat. Pondok ini berbasis Tarbiyah dan Tahfiz.
Pondok ini hanya menargetkan 5 juz untuk syarat kelulusan tetapi jika melebihi target sangat bagus. Ketika tahun ketiga saya berkunjung, mata saya melihat spanduk berukuran besar yang dipasang ditembok pondok menghadap ke masjid. Saya lihat beberapa tulisan motivasi diri Santri dengan dibubuhi tanda tangan.
Semua tulisan penuh inspiratif dan oftimistik, saya kaget, Allahuakbar..... masyaAllah....
" Umi....umi.....kesini cepat....cepaaat...." Kata saya.
" Ada apa yah ?...." Jawab istri.
" Itu.....lihat...lihat... lihat....nama siapa ? ....Raju ....umi....Raju .....miiii" kata saya sambil gemetar tangan saya.
" Subhanallah.... semoga ..... terwujud keinginannya....." Timpal istri.
" Aamiin yaa Robbal'aalamiin....." Jawab saya.
Bagaimana tidak haru melihat semangat anak bercita-cita hafal Alquran 30 juz. Putra kedua jarang bicara, tetapi sering membuat kejutan.
Melihat keinginan anak, sebagai orang tua senjata yang paling ampuh adalah do'a. Alhamdulillah, setiap ba'da magrib dan subuh saya selalu mendoakan anak-anak.
"Ya Allah, jadikanlah kami, anak-anak dan keturunan kami, golongan penghafal dan memahami Al-Qur'an, pencinta ilmu, ahli kebaikan . Jangan kau jadikan golongan buta akan ilmu, keburukan dan jadikan hidupnya sejahtera dunia dan akhirat....aamiin"
Alhamdulillah, putra kedua saya masuk dikelas unggulan dan kelas akselerasi Al-Quran, dia dengan teman-temanya dikarantinakan digedung khusus kelas akselerasi Al-Qur'an.
Tujuannya agar konsen dalam Tahfiznya.
Ketika liburan sekolah, dia pulang kerumah selama satu pekan.
" Raju kesini....." Panggil umi.
" Ada apa umi ?" Jawab Raju.
" Raju udah hafal berapah juz.." tanya umi.
" Hehehehe,.... rahasia....lihat aja umi nanti" jawab sambil tersenyum.
" Ya udah umi percaya ko sama Raju, tapi jangan lupa muroja'ah" kata umi.
" Ya, umi....." Jawa Raju.
Diakhir tahun pelajaran ada kabar gembira dari musyrif ( pembimbing santri).....lewat washap.
" Assalamualaikum,......Abi dan umi ada kabar gembira A. Syirajuddin Rabbani baru saja menghatamkan hafalan Al-Qur'an 30 juz, semalat ya untuk abi dan umi "
Alhamdulillah, ketika acara wisuda dan syukuran tahfidz, putra kedua saya tampil didepan dengan 10 santri lainya, sayapun ikut mendampingi ke atas panggung. Hanya 11 santri yang hafalan Al Qur'an sampai 30 juz. Dan mereka mendapat reward rihlah ke Malaysia.
Keinginan yang kuat dibarengi dengan usaha yang maksimal akan berbuah kesuksesan. Kini kulihat lagi spanduk yang dulu bertuliskan sebuah cita-cita luhur kini berubah menjadi kenyataan. Terbukti dengan Photo-,photo terpampang " Santri-santri penghafal Al-Qur'an 30 juz. Sungguh bahagia rasa hati ini.
Itulah pernyataan Allah dalam hadits qudsi " Sesungguhnya Aku tergantung persangkaan hambaku,..............

0 komentar:

Posting Komentar