Kenapa Harus Malu?



Suatu hari ada seorang guru honorer mengajar disebuah sekolah suasta, disamping dia mengajar dia juga mempunyai profesi lain. Anda pasti tahu pendapatan seorang guru honorer lebih kecil  dari gaji asisten rumah tangga, ini sebuah kenyataan yang terjadi dalam dunia pendidikan, tentunya tidak sekelas Al-Azhar atau yang lainnya.

Besar pasak daripada tiang, mungkin pribahasa  ini sebagai gambaran kehidupan guru honorer, apalagi sudah berkeluarga kebutuhan rumah tangga tidak sebanding lurus dengan income yang didapat. Hal ini menjadikan sebab guru honorer mencari penghasilan tambahan untuk menutupi kebutuhan.

Sebagai teman seprofesi beliau merasa terusik dengan pekerjaan yang dilakukan guru honorer tersebut.
" Pak rasanya kurang pantas deh, bapak melakukan pekerjaan itu, malu-maluin sebagai seorang guru". Kata teman seprofesi merasa malu.
" Kenapa harus malu? Ini pekerjaan halal, kecuali kalau aku mencuri, korupsi, tidak jujur dan lainnya bersifat negatif, baru aku malu" jawab guru honorer membela pekerjaan sampingannya.
" Masasih guru jualan abu gosok" ucap teman.
" Emang kenapa dengan abu gosok, Apakah dengan berjualan abu gosok harga diri akan jatuh" sangkal guru honorer.

Mungkin sebagian guru pernah mengalami seperti ini, penulispun pernah mengalami masa-masa sulit dan apa yang dilakukan guru honorer itu mewakili diri penulis. Buat apa malu? Sepanjang itu halal dan tidak merugikan orang lain. 

Itulah realita kehidupan, buat apa gengsi-gengsian kalau membuat diri susah dan lapar. Ubah pola pikir anda bahwa tidak ada pekerjaan yang hina sepanjang pekerjaan itu halal. Justru banyak orang-Orang yang sukses berawal dari pekerjaan yang dipandang hina oleh sebagian orang.

Pekerjaan itu hina kalau pekerjaan yang jelas-jelas melanggar norma-norma Agama, seperti korupsi, mencuri, manipulasi anggaran, ghibah dan lainnya.

Apasi malu itu?....
Menurut kamus besar bahasa Indonesia malu adalah merasa sangat tidak enak hati(hina, rendah dan sebagainya) karena mengerjakan sesuatu yang tidak baik( kurang benar, berbeda dengan kebiasaan, mempunyai cacat, atau kekurangan dan sebagainya). Contoh, dia merasa malu karena telah mencuri uang tetangganya.

Al-Zamakhshari berkata bahwa malu adalah perubahan dihati dan perasaan seseorang ketika ia takut dicela atau takut ketahuan aibnnya.

Jadi malu itu adalah suatu perbuatan hati untuk menghindari dari sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan adat kebiasaan atau perbuatan hina.

Setiap melakukan sesuatu perbuatan akan kembali kepada orang berbuat, begitu juga jika anda melakukan perbuatan kebaikan, maka kebaikan itu akan kembali kepada anda.
Diantara manfaat malu, yaitu:
1. Mendatangkan kebaikan.
اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ.
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.” (Muttafaq ‘alaihi)
2. Ciri orang beriman
الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.
malu adalah salah satu cabang Iman.”
(HR.al-Bukhâri).

Malu adalah salah satu sifat dari Akhlak Islami yang wajib dijalankan oleh orang Islam sebagai barometer keimanan. Ketika dia melanggar berarti jauh dari keimanannya. Jika dia menjalankan sifat malu maka kebaikan yang dia dapatkan. Oleh karena itu tanamkanlah sifat malu pada diri anda.

0 komentar:

Posting Komentar