KOMPETENSI DASAR FIKIH KELAS 8 SEMESTER GENAP


PENGETAHUAN

 

PRAKTIK

 

3.5 Menerapkan ketentuan

sedekah, hibah dan hadiah                                                               

4.5 Mempraktikkan sedekah,

hibah dan hadiah

                                                                            

3.6 Menganalisis ketentuan

melaksanakan haji dan

umrah

 

4.6 Mengomunikasikan

ketentuan manasik haji dan

umrah

 

3.7 Menganalisis ketentuan

halal-haramnya makanan

dan minuman

 

4.7 Menyajikan hasil analisis

tentang ketentuan

makanan dan minuman

yang halal dan baik

 






 

                          


 
    KOMPETENSI DASAR KELAS 9 SEMESTER GENAP

 

3.6 Menganalisis ketentuan

hutang-piutang, gadai dan

hiwaalah

                                                                         

4.6 Mengomunikasikan hasil

analisis tentang tata cara

hutang-piutang, gadai dan

hiwaalah

                                                                                                                                          

3.7 Memahami ketentuan sewamenyewa dan upah

 

4.7 Menyajikan contoh

pelaksanaan sewa-menyewa

dan pemberian upah

 

3.8 Menerapkan ketentuan

pemulasaraan jenazah:

memandikan, mengkafani,

menyalati, menguburkan

 

4.8 Mempraktikkan tata cara

pemulasaraan jenazah

 

3.9 Menganalisis ketentuan waris

4.9 Mengomunikasikan hasil analisis tentang tata cara

pembagian waris

 

 

 

 

 

 


 

 


 

MODUL

FIKIH KELAS IX SEMESTER GENAP

 

 

HUTANG-PIUTANG, GADAI,

DAN HIWALAH

 

 

 

Suharto, S.Ag., M.Pd

 

KEMENTERIAN AGAMA RI[as1] 

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 5 JAKARTA

 


Setiap tahun group pengajian yang aku pimpin suka mengadakan acara di luar. Pernah liburan ke puncak Bogor. Untuk tahun ini rencana ke rumah salah satu guru yang pernah mengajar di MTs. Beliau tinggal di daerah Banten tepatnya di kampung Cikoromoi. Tidak jauh dari rumah guruku ada tempat wisata Batu Qur'an. Aku dan murid-murid pengajian pernah berkunjung dan melihat Batu Qur'an tersebut. Lokasinya agak di bawah. Jika ingin ke Batu Qur'an harus turun ke bawah. 

Aku hanya ingin mengetahui apa si sebenarnya batu Qur'an. Sesampainya di sana aku melihat batu yang berada di tengah kolam dengan air yang sangat jernih. Aku perhatikan dari pinggir kolam. Ada tulisan berbahasa Arab, tapi agak kurang jelas tulisannya. Sehingga aku sulit membacanya.

Ada petugas wisata yang menjelaskan, jika menyelam dan mengelilingi batu Qur'an selama tujuh puturan sama dengan mengelilingi tujuh kali Ka'bah di Mekah. Aku hanya tersenyum saja dan tidak percaya apa yang dijelaskan petugas di sana.

Sebelah kanan dari batu Qur'an ada tempat seperti musala. Aku pikir makam ulama, tapi hanya sekedar petilasan saja. Aku hanya lihat dari jauh saja.

Sebelum ke rumah pak ustaz, aku ke daerah Banten lama untuk ziarah ke masjid Banten dan makam para raja-raja Banten. Aku hanya salat di masjid dan berdoa di makam.

Namun sangat disayangkan banyak peminta-minta yang memaksa, anehnya bukan orang tua, tapi masih anak-anak. Mereka banyak sekali. Jika kita kasih satu, maka yang lainnya menyerbu.

Suatu pemandangan yang memilukan dan seolah-olah adanya sebuah pembiaran dari orang tua dan pemerintah setempat. Secara tidak langsung mereka sedang mendidik anak-anak menjadi seorang peminta dan pemalas. Pernah suatu hari aku temui ternyata yang meminta itu anak-anak dari para pedagang di area wisata itu. Itulah potret buruk tempat-tempat wisata yang berbau religi. 

Setelah puas ziarah aku dan murid-murid pengajian berkunjung ke rumah guruku. Beliau adalah guruku ketika aku sekolah di MTs. Beliau keluar dari sekolahku ingin hijrah ke luar negeri. Ternyata beliau tidak jadi hijrah karena tertipu oleh orang yang mengurusi administrasinya. Mau kembali ke sekolah lagi malu. Akhirnya beliau banting setir menjadi kuli bangunan.

Karena tidak biasa kerja keras dan biasanya megang kapur tulis di sekolah, sekarang harus pegang cangkul bawa batu bata dan barang kasar lainnya, maka tangannya sampai lecet-lecet. Hari-hari penuh kelelahan kerja beliau alami demi untuk menyambung hidup beliau dan keluarganya.

Suatu hari sang majikan ngobrol dengan beliau dan majikan tertarik karena penampilan beliau tidak seperti para kuli lainnya. Beliau itu ganteng putih bersih, kalem dan tutur bahasanya baik.
"Mas, ke sini sebentar," panggil majikan.
"Maaf pak, saya yang bapak maksud," ucap beliau.
"Iya, kamu mas."

Beliau langsung menuju ke majikan.

"Silahkan duduk."
"Terima kasih pak."
"Begini, aku perhatikan mas ini baru pertama kali kerja, terlihat dari penampilan mas."
"Betul pak, tadinya saya seorang guru agama."
"Oh, guru! Kenapa sampai menjadi kuli?"
"Ceritanya panjang pak. Saya tertipu oleh teman yang mengurusi keberangkatan saya dan keluarga ke luar negeri. Akhirnya saya tidak punya pekerjaan, sementara keluarga butuh makan. Maka itu, saya kerja serabutan."
"Sudah begini saja, saya punya anak-anak yatim silahkan mas asuh tentang ibadahnya dan ilmu keagamaannya. Mas tinggal di sana. Nanti biaya dari saya."
"Terima kasih pak, saya siap."

Keesokan harinya beliau berangkat ke daerah Banten. Beliau mengajar ngaji para santri yatim-piatu. Tetiba rumah yang di tempati oleh anak-anak santri banyak burung-burung walet membuat sarang. Rumah pun dipagar oleh tembok tinggi untuk berkembang biak burung walet. Keuntungan di bagi dua. Sementara santri pindah ke rumah sebelahnya.

Beliau di samping mengajar ngaji juga aktif pada kegiatan masyarakat setempat sehingga namanya terkenal di daerah tersebut. Jika ada yang berkunjung untuk ke rumah beliau, cukup bilang nama beliau. Maka masyarakat pasti akan menunjukkan rumahnya.

Aku diterima dengan baik oleh beliau dan keluarganya dan beliau ternyata masih kenal denganku. Aku di terima di rumah beliau yang bersebelahan dengan asrama anak yatim. Aku dan murid-murid tidur di asrama anak yatim. Udaranya masih asri dan sejuk. Air pun masih mengalir dengan jernihnya.

Kebetulan sebelah kanan dari rumah terdapat perbukitan sehingga udara malam hingga pagi cukup terasa di puncak Bogor.
Ketika waktu subuh tiba, aku dan murid-murid salat subuh di Musala. Musala lokasinya agak naik ke atas di belakang rumah ustaz. 

Ketika mengambil wudhu airnya dingin sekali. Cukup menggigil dibuatnya tubuhku. Air yang langsung mengalir dari mata air perbukitan.

Azan subuh sudah cukup lama dikumandangkan, sementara jamah tidak ada yang mau iqomah. Akhirnya ada jamaah.
"Pak ayo kita mulai saja," perintah jamaah.
"Jangan saya pendatang, nanti tidak sopan," ucapku 
"Tidak apa-apa pak."
"Ya, sudah kalau diizinkan."

Akhirnya aku maju memimpin salat subuh. Setelah aku salam dan berbalik menghadap makmum untuk wiridan. Aku lihat di barisan shap ada ustazku. Beliau terlambat datang. Ketika aku sudah takbiratul ihram, ustaz baru datang.

"Pak ustadz, maaf saya yang mimpin salat," ucapku.
"Tidak apa-apa, kebetulan saya tadi agak mules, jadi agak lambat datangnya. Terima kasih sudah memimpin," jelas ustaz.

Usai salat aku dan murid-murid kembali ke asrama. Kegiatan pagi hanya jalan-jalan di lingkungan sekitar. Lalu mandi dan sarapan pagi. Usai sarapan pak ustaz saya minta untuk memberikan tausyiah kepada aku dan murid-murid.

Perut sudah kenyang batinpun sudah diisi. Aku dan murid-murid pamitan untuk pulang ke Jakarta. Sebelum berpisah ada sedikit cindera mata dari aku dan murid-murid untuk pak ustaz dan para santri. Selanjutnya aku dan murid-murid pamitan.


 



#EdisiRamadhan 

Ibadah yang dilakukan semua harus bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Tidak akan diterima amal ibadah kita tanpa bersumber dari keduanya.

Rasulullah bersabda
"Telah kutinggalkan kepada kalian dua perkara, jika kalian berpegang kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah (Hadits).

Dua sumber inilah yang dijadikan pijakan untuk melakukan ibadah. Begitu juga dalam melakukan ibadah puasa, ada aturan yang harus dilakukan, terutama kapan memulai dan mengakhiri puasa Ramadhan.

Ada dua cara dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan, yaitu:

Pertama, Rukyatul hilal. Menetapkan Awal dan akhir Ramadhan dengan melihat hilal ( bulan sabit), jika terlihat bulan sabit, maka malam itu masuk bulan suci Ramadhan dengan demikian besok harinya berpuasa. Tapi jika tidak terlihat, maka hari esok masih bulan sya'ban artinya mengenapkan/menyempurnakan ( Istikmal) bulan sya'ban yang tadinya 29 hari menjadi 30 hari. Otomatis hari berikutnya masuk tanggal satu Ramadhan. Misal hari Senin sore para pakar ilmu Falak mengadakan Rukyatul hilal dan terlihat adanya hilal, maka malam Selasa sudah masuk tanggal satu Ramadhan dan umat Islam disunnahkan shalat Tarawih. Tapi jika hilal tidak nampak, maka tanggal satu Ramadhan jatuh pada malam Rabu. Maka puasa dilaksanakan pada hari Rabu.

Kedua, Hisab. Menetapkan Awal dan Akhir Ramadhan dengan cara perhitungan berdasarkan peredaran matahari dan bulan. Untuk menentukan awal dan akhir Ramadhan memakai peredaran bulan, sementara waktu shalat menggunakan peredaran matahari. Ilmu yang membahas tentang ilmu perhitungan ini disebut ilmu Falak/ ilmu Astronomi. Orang yang menguasai ilmu tersebut tidak terlalu banyak. Tidak semua ulama menguasai ilmu tersebut. 

Dengan ilmu Falak, para ulama mampu mengetahui jauh-jauh hari awal dan akhir Ramadhan bahkan sepuluh tahun yang akan datang ulama bisa mengetahui kapan awal dan akhir Ramadhan. Ilmu Falak juga bukan hanya untuk mengetahui tanggalan, tapi lebih dari itu. Misal, penentuan waktu shalat, arah kiblat, terjadinya gerhana matahari dan bulan, dan yang lainnya.

Coba perhatikan kalender tahun 2021, sudah tertera pada tanggal 13 April 2021 sebagai hari pertama bulan Ramadhan. Ahli ilmu Falak sudah mengetahui tanggal satu Ramadhan jauh-jauh hari. 

Sebenarnya, antara ilmu Hisab dan Rukyah tidak ada perbedaan, keduanya saling menunjang. Melakukan Rukyatul hilal pasti berpatokan pada perhitungan Hisab. Tapi mereka yang berpegang pada Rukyatul hilal, awal dan akhir Ramadhan wajib lihat hilal. Sementara ahli hisab cukup lihat berdasarkan perhitungan tanpa melihat hilal.

Ormas Islam seperti Muhammadiyah dan NU, berbeda dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan. Muhammadiyah menggunakan Hisab sementara NU (Nahdlatul ulama) lebih cenderung kepada Rukyatul hilal. NU-pun memakai Hisab sebagai acuan Rukyatul hilal.

Muhammadiyah cara pandangnya dengan Menerapkan Wujudul Hilal ( Adanya Hilal) artinya tidak perlu dilihat lagi hilal pada hari itu bulan sudah ada baik nampak maupun tidak. Sementara NU harus nampak hilal, setelah terbenamnya matahari bulan akan nampak, itu pun di atas upuk, jika di bawah ya, hilal tidak nampak.

Muhammadiyah dan NU sama-sama menggunakan dasar hukum yang sama, hanya berbeda cara penafsiran. Ketika berbeda penafsiran, maka berbeda pula dalam menentukan atau menetapkan keputusan.

Dalam Rukyatul Hilal pun ada perbedaan dalam menentukan bisa atau tidaknya hilal dilihat. Contoh antara daerah Cakung dengan daerah Kelender Jakarta Timur. Itu berbeda dalam batasan standar terlihatnya hilal. Daerah Cakung dua derjah di atas upuk hilal sudah bisa dilihat, tapi bagi daerah Kelender berpatokan lima derejah di atas upuk baru bisa dilihat hilal. Maka itu, penulis sering mendapatkan perbedaan dalam merayakan hari raya idul Fitri. Di daerah Cakung tempat penulis sudah idul Fitri, di daerah Kelender masih puasa. Sebagai orang awam ya, penulis ngikuti ulama daerah penulis.


Dahulu setiap penentuan awal dan akhir Ramadhan, sering disiarkan langsung oleh pemerintah lewat layar kaca Televisi. Banyak perdebatan yang menguras pikiran dan tenaga. Ya, sulit untuk berkata mufakat karena beda penafsiran. Untuk menciptakan persatuan umat Islam, pemerintah dalam hal ini diwakili Menteri Agama, cukup menyiarkan hasil akhir setelah menerima masukan dari berbagai pihak.

Ya, begitulah bagaimana cara menentukan awal dan akhir Ramadhan. Dalam hal ini pemerintah memberikan kebebasan menurut keyakinan masing-masing. Yang terpenting saling menjaga kerukunan antar umat Islam. 

Demikian sekilas info, mohon maaf jika ada kekurangan...



Salam literasi....

Suharto guru Pembelajar




Guru Pembelajar MTsN 5 Jakarta
#EdisiRamadhan

Ramadhan sudah di depan mata, gema Ramadhan sudah terlihat di mana-mana menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan yang penuh berkah.

Seluruh lapisan masyarakat bergembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Nuansa islami akan menghiasi seluruh kegiatan kehidupan di masyarakat.  Masjid dan Musholla akan kewalahan menyambut gelombang jama'ah  yang datang untuk shalat berjamaah. Antusias umat Islam kentara sekali pada awal-awal Ramadhan.

Pada awal Ramadhan iman umat Islam sedang mencapai puncaknya. Belum waktunya shalat sudah berhimpit-himpitan memenuhi Masjid dan Musholla. Saking banyaknya yang datang hingga Masjid dan Musholla tidak mampu menampung jama'ah hingga meluber ke jalan.

Namun, seiring berjalannya waktu. Satu persatu jama'ah hilang entah ke mana, bahkan di akhir-akhir Ramadhan yang seharusnya lebih merapat ke masjid dan Musholla. 

Padahal Rasulullah menganjurkan justru pada akhir-akhir Ramadhan ibadah lebih ditingkatkan bahkan dianjurkan untuk i'tikaf. Di sinilah sebenarnya momen Ramadhan yang kudu diperhatikan. Sepuluh akhir Ramadhan yang sangat istimewa di mana pada malam-malam ini akan turum Lailatul Qadar, malam seribu bulan.

Jika di antara kita mendapatkan Lailatul Qadar, maka satu malam itu kita akan mendapatkan pahala sama dengan ibadah seribu bulan. Ya, inilah bentuk kasih sayang Allah SWT kepada umatnya Rasulullah.

Ok, mari kita sambut Ramadhan dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, dan jangan lupa karena Ramadhan ini bulan suci, maka hanya orang yang berhati suci yang akan mampu masuk kepada intinya Ramadhan. Maka itu, sebelum Ramadhan, marilah kita bersihkan hati kita untuk selalu memaafkan saudara-saudara kita.

Ya, memang memaafkan lebih berat ketimbang minta maaf. Maka itu, pada moments menyambut Ramadhan ini waktu yang tepat untuk saling memaafkan.

Ayo, jangan ragu untuk saling memaafkan. Mari kita sambut Ramadhan dengan penuh kesucian hati.

Marhaban  ya Syahrur Ramadhan.......